Imamat 26:46

"Itulah peraturan-peraturan, hukum-hukum dan ajaran-ajaran yang diberikan TUHAN, antara Dia dan bani Israel, di gunung Sinai dengan perantaraan Musa."
Gunung Sinai

Ayat Imamat 26:46 menjadi penutup yang kuat dari serangkaian instruksi ilahi yang diberikan kepada umat Israel. Ayat ini bukan sekadar penegasan formal, melainkan sebuah ringkasan yang sarat makna mengenai pondasi perjanjian antara Tuhan dan umat-Nya. Ia mengingatkan kita bahwa seluruh ajaran, hukum, dan peraturan yang tercantum dalam pasal-pasal sebelumnya bukanlah kumpulan norma yang acak, melainkan merupakan manifestasi dari hubungan yang disengaja dan penuh kasih antara Sang Pencipta dan ciptaan-Nya.

Lokasi "gunung Sinai" menjadi simbol penting. Di tempat inilah, dalam pengalaman yang khidmat dan penuh kuasa, Tuhan menyatakan diri-Nya kepada Musa dan bangsa Israel. Gunung Sinai menjadi saksi bisu dari pemberian Sepuluh Perintah Allah dan berbagai hukum lainnya yang dirancang untuk membimbing umat pilihan-Nya hidup dalam kekudusan dan kebenaran. Ayat ini menegaskan bahwa setiap detil instruksi tersebut berasal langsung dari Tuhan, disampaikan melalui perantaraan Musa yang setia.

Lebih dari sekadar teks sejarah, Imamat 26:46 mengajak kita merenungkan sifat perjanjian ilahi. Perjanjian ini bersifat dua arah: Tuhan memberikan tuntunan dan janji kesetiaan, sementara umat diharapkan merespons dengan ketaatan. Pelanggaran terhadap hukum-hukum ini tentu memiliki konsekuensi, sebagaimana diuraikan dalam ayat-ayat sebelumnya. Namun, penekanan di akhir pasal ini adalah pada sumber asli dari semua ajaran tersebut – yaitu Tuhan sendiri. Ini memberikan jaminan bahwa meskipun umat dapat jatuh, sumber anugerah dan kebenaran tetap kokoh.

Di zaman modern ini, kita dapat melihat relevansi ayat ini. Ajaran-ajaran yang diberikan di gunung Sinai masih menjadi landasan bagi pemahaman kita tentang kehendak Tuhan. Keberadaan perjanjian yang diteguhkan melalui Musa memperkuat keyakinan kita akan kemurahan dan kesetiaan-Nya yang tak berkesudahan. Ayat ini menjadi pengingat bahwa ketaatan pada firman Tuhan bukan beban, melainkan jalan menuju kehidupan yang berkelimpahan dan hubungan yang mendalam dengan Sang Pencipta. Setiap peraturan yang diberikan memiliki tujuan yang mulia: untuk memberkati umat-Nya dan membedakan mereka sebagai umat yang dikuduskan bagi nama-Nya.