"Dan engkau harus memercikkan sedikit dari darah itu ke atas mezbah yang berisi api, dan sedikit dari minyak itu ke atas Harun dan anak-anaknya, serta ke atas pakaian mereka. Maka Harun dan anak-anaknya akan disucikan, dan pakaian mereka akan disucikan."
Ayat ini dari Kitab Keluaran, pasal 29, ayat 21, membuka sebuah jendela menuju makna mendalam tentang penyucian, penahbisan, dan hubungan yang diperbarui dengan Yang Ilahi. Dalam konteks sejarah bangsa Israel, ayat ini menggambarkan ritual penting dalam penahbisan Harun dan putra-putranya sebagai imam-imam pertama. Tindakan memercikkan darah korban dan minyak bukan sekadar formalitas, melainkan simbol kuat dari penghapusan dosa, pengudusan, dan pemberian kuasa ilahi untuk melayani.
Darah korban persembahan memiliki peran sentral dalam pembersihan dan penebusan dosa. Di sini, darah yang dipercikkan pada mezbah yang berisi api melambangkan pengorbanan yang diterima oleh Tuhan, yang menjadi dasar bagi penyucian. Bagi Harun dan anak-anaknya, dipercikkan darah pada mereka dan pakaian mereka menandakan bahwa seluruh keberadaan mereka, mulai dari diri pribadi hingga tugas pelayanan, kini terbebaskan dari kenajisan dan dikuduskan untuk tujuan surgawi. Ini adalah tanda pergeseran fundamental dari keadaan biasa ke keadaan yang khusus, didedikasikan untuk melayani Tuhan.
Selain darah, minyak juga memegang peranan penting. Minyak urapan dalam tradisi Yahudi seringkali melambangkan Roh Kudus, berkat, dan pengurapan ilahi untuk tugas tertentu. Percikan minyak pada Harun dan anak-anaknya menunjukkan pemberian karunia dan kekuatan dari surga untuk menjalankan imamat mereka. Ini bukan hanya soal ritual, tetapi juga tentang pemberian kemampuan spiritual yang memampukan mereka untuk menengahi antara Tuhan dan umat-Nya, serta memimpin mereka dalam ibadah.
Makna ayat Keluaran 29:21 merambah lebih jauh. Ia mengajarkan bahwa panggilan untuk melayani Tuhan selalu melibatkan aspek penyucian. Kita tidak bisa mendekati Yang Suci dalam keadaan yang tidak murni. Ritual ini menekankan pentingnya kebersihan moral dan spiritual bagi mereka yang dipercaya untuk memimpin dan membimbing orang lain dalam hubungan dengan Tuhan. Ini adalah pengingat bahwa pelayanan yang otentik harus berakar pada hati yang bersih dan kehidupan yang dikuduskan.
Lebih lagi, teks ini memberikan gambaran tentang anugerah. Meskipun penyucian melibatkan pengorbanan (darah) dan pengurapan (minyak), ini adalah anugerah Tuhan yang memungkinkan manusia yang berdosa untuk mendekat kepada-Nya dan diutus dalam pekerjaan-Nya. Konsep penyucian yang diperinci dalam ayat ini menjadi fondasi teologis yang kuat, yang kemudian menemukan pemenuhan puncaknya dalam karya penebusan Yesus Kristus. Dalam Kristus, kita menemukan penyucian yang sempurna dan pengurapan Roh Kudus untuk hidup sesuai kehendak-Nya.
Dengan demikian, ayat Keluaran 29:21 bukan hanya catatan historis ritual kuno, tetapi juga sebuah firman yang relevan hingga kini. Ia berbicara tentang panggilan universal untuk hidup kudus, pentingnya pengorbanan yang menghapus dosa, dan anugerah Tuhan yang mengurapi kita untuk tujuan yang lebih mulia. Memahami ayat ini membantu kita menghargai kedalaman kasih Tuhan dan tuntutan-Nya agar kita hidup sebagai umat yang dikuduskan, siap untuk melayani Dia dengan segenap hati dan jiwa.