Imamat 4:16 - Tentang Pengampunan Dosa Melalui Persembahan

"Dan imam harus menyalakan sebagian lemak dari korban itu menjadi asap di atas mezbah, sebagai persembahan yang menyenangkan baunya bagi TUHAN. Demikianlah imam itu akan mengadakan pendamaian baginya, dan ia akan diampuni."

Ayat Imamat 4:16 membuka jendela wawasan yang mendalam mengenai sistem ibadah dan pengampunan dosa dalam Perjanjian Lama. Ayat ini merupakan bagian dari petunjuk mengenai berbagai jenis korban yang harus dipersembahkan oleh umat Israel di hadapan TUHAN. Secara spesifik, ayat ini berkaitan dengan pendamaian bagi seorang imam yang berbuat dosa secara tidak sengaja. Penting untuk dipahami bahwa konsep dosa dan penebusannya dalam Perjanjian Lama adalah bayangan dari penebusan yang lebih besar yang akan datang melalui Yesus Kristus.

Dalam konteks Imamat 4, kita melihat berbagai skenario dosa yang dapat dilakukan oleh individu, mulai dari orang awam hingga imam itu sendiri. Ketika seorang imam, yang merupakan pemimpin rohani umat, berbuat dosa, hal itu memiliki implikasi yang lebih serius karena kedekatannya dengan kekudusan Tuhan dan perannya sebagai perantara. Imamat 4:3 secara eksplisit menyatakan, "Jikalau seorang imam yang diurapi itu berbuat dosa, sehingga ia menyebabkan umat-Nya berdosa, maka ia harus mempersembahkan karena dosanya seekor lembu jantan muda yang tak bercela kepada TUHAN, sebagai korban karena dosa." Lembu jantan muda ini melambangkan sesuatu yang berharga dan tak bercela, menekankan keseriusan dosa dan perlunya pengorbanan yang sempurna.

Kemudian, Imamat 4:16 menjelaskan bagaimana proses pendamaian itu terjadi. Bagian lemak dari korban itu dibakar di atas mezbah. Lemak sering kali dianggap sebagai bagian yang paling baik dan berharga dari hewan kurban, dan pembakarannya menjadi asap di hadapan TUHAN melambangkan penyerahan total dan tindakan menyenangkan di hadapan ilahi. Tindakan ini, yang dilakukan oleh imam, memiliki tujuan utama yaitu "mengadakan pendamaian baginya". Pendamaian adalah konsep kunci yang berarti pemulihan hubungan yang rusak antara manusia dan Tuhan akibat dosa. Tanpa pendamaian, manusia berada di bawah murka ilahi.

Implikasi dari proses ini adalah "ia akan diampuni". Pengampunan dalam Perjanjian Lama tidak menghilangkan konsekuensi dosa sepenuhnya, tetapi menutupi dosa tersebut di hadapan Tuhan, sehingga hubungan dengan-Nya dapat dipulihkan. Namun, sistem kurban ini bersifat sementara dan memerlukan pengulangan karena ketidaksempurnaan korban dan pelakunya. Para ahli Taurat dan orang Farisi di zaman Yesus masih berpegang pada hukum ini, namun mereka seringkali melewatkan esensi yang lebih dalam dari hukum Taurat, yaitu kasih dan keadilan.

Relevansi Imamat 4:16 bagi orang percaya saat ini sangatlah signifikan. Meskipun kita tidak lagi hidup di bawah sistem hukum Taurat yang sama, ayat ini membantu kita memahami betapa Tuhan menganggap serius dosa dan betapa besar biaya untuk pengampunan. Sistem kurban dalam Perjanjian Lama menunjuk kepada korban yang sempurna dan final dari Yesus Kristus. Surat Ibrani dengan jelas mengajarkan bahwa Yesus adalah Imam Besar kita yang sempurna, yang mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban yang sekali untuk selamanya untuk menghapus dosa. "Tetapi Kristus, sesudah mempersembahkan satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah." (Ibrani 10:12).

Oleh karena itu, Imamat 4:16 mengingatkan kita bahwa pengampunan dosa bukanlah sesuatu yang dapat kita raih sendiri, melainkan merupakan anugerah yang diberikan melalui kurban Kristus. Kita dipanggil untuk datang kepada Tuhan dengan hati yang menyesal, mengakui dosa-dosa kita, dan menerima pengampunan yang telah Dia sediakan melalui Yesus. Ayat ini, meskipun kuno, terus mengajarkan tentang keadilan, kekudusan Tuhan, dan kasih-Nya yang tak terbatas yang diwujudkan dalam pendamaian dan pengampunan dosa.

Simbol Kurban dan Pelita sebagai Representasi Ibadah Kurban di Bait Suci