Imamat 5:9

"Tetapi jika ia tidak mampu mengusahakan sekor domba, maka sebagai tebusan karena pelanggarannya yang ia lakukan itu, ia harus membawa dua ekor burung perkutut atau dua ekor anak burung merpati kepada TUHAN, seekor sebagai korban karena dosa dan seekor sebagai korban bakaran."

Simbol dua burung sebagai lambang korban.

Makna dan Penerapan Imamat 5:9

Imamat 5:9 merupakan bagian dari hukum Taurat yang mengatur tentang korban penebus dosa bagi umat Israel. Ayat ini secara spesifik menjelaskan tentang sanksi yang diberikan kepada seseorang yang melakukan pelanggaran, namun tidak memiliki kemampuan finansial untuk mempersembahkan korban yang lebih besar, seperti seekor domba. Dalam konteks ini, kemiskinan bukanlah alasan untuk tidak adanya pertanggungjawaban, melainkan Tuhan menyediakan alternatif yang lebih terjangkau namun tetap memiliki makna spiritual yang mendalam.

Alternatif korban yang ditawarkan adalah dua ekor burung perkutut atau dua ekor anak burung merpati. Pembagian ini penting: seekor dipersembahkan sebagai korban karena dosa (sin offering), dan seekor lagi sebagai korban bakaran (burnt offering). Korban karena dosa memiliki tujuan untuk memohon pengampunan atas kesalahan yang telah diperbuat. Sementara itu, korban bakaran menunjukkan penyerahan diri total dan pengabdian kepada Tuhan, serta permohonan agar hubungan dengan Tuhan dapat dipulihkan sepenuhnya.

Keadilan dan Kasih Karunia Ilahi

Ayat ini menggarisbawahi dua prinsip penting dalam cara Tuhan berinteraksi dengan umat-Nya. Pertama, adalah prinsip keadilan. Setiap pelanggaran harus dipertanggungjawabkan, dan ada konsekuensi yang harus dijalani. Namun, yang kedua dan lebih menonjol di sini adalah prinsip kasih karunia dan belas kasihan Tuhan. Ia tidak membiarkan orang yang tidak mampu terhalang untuk mendapatkan pengampunan. Tuhan memahami keterbatasan manusia, baik secara finansial maupun kemampuan lainnya, dan menyediakan jalan keluar yang sesuai.

Pengaturan korban ini menunjukkan bahwa Tuhan sangat peduli terhadap pemulihan hubungan umat-Nya dengan Dia. Bahkan pelanggaran yang mungkin terkesan kecil di mata manusia, tetap memerlukan pemulihan melalui pengorbanan yang simbolis. Dalam konteks yang lebih luas dalam teologi Kristen, pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib menjadi penggenapan tertinggi dari semua korban dalam Perjanjian Lama. Ia adalah Anak Domba Allah yang mengorbankan diri-Nya sekali untuk selamanya, memberikan pengampunan yang sempurna bagi semua orang yang percaya, tanpa memandang status ekonomi mereka.

Relevansi Masa Kini

Meskipun kita tidak lagi mempraktikkan sistem korban binatang sebagaimana diatur dalam Imamat, prinsip di balik Imamat 5:9 tetap relevan. Ayat ini mengajarkan kita tentang:

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mengaplikasikan prinsip ini dengan berusaha hidup taat, namun ketika kita jatuh, kita tidak ragu untuk bertobat dan memohon pengampunan. Kita juga belajar untuk bersyukur atas kasih karunia yang telah dilimpahkan melalui Kristus, yang telah menebus dosa kita dengan harga yang tak terhingga, jauh melebihi dua ekor burung merpati. Imamat 5:9 mengingatkan kita bahwa dalam setiap situasi, bahkan yang paling sulit sekalipun, Tuhan tetap menyediakan jalan menuju pemulihan.