Ayat Imamat 6:20 membuka jendela pemahaman kita tentang salah satu ritual terpenting dalam ibadah Israel kuno: persembahan kurban. Ayat ini menekankan bahwa persembahan tersebut bukan hanya sekadar ritual seremonial, melainkan sebuah tindakan sakral yang diperuntukkan secara khusus bagi TUHAN, terutama pada momen pengurapan Harun dan anak-anaknya sebagai imam. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kesucian dan dedikasi dalam pelayanan kepada Sang Ilahi. Persembahan kurban bakaran yang disebutkan di sini adalah salah satu jenis persembahan yang paling mendasar, di mana seluruh kurban dibakar habis di atas mezbah sebagai tanda penyerahan total dan pengabdian diri kepada Allah.
Makna Persembahan Kurban
Persembahan kurban dalam Perjanjian Lama memiliki makna yang sangat kaya dan berlapis. Pada dasarnya, persembahan ini berfungsi sebagai jembatan antara manusia berdosa dan Allah yang kudus. Melalui kurban yang diserahkan, umat Allah dapat mendekat kepada Tuhan. Imamat 6:20 secara spesifik menyoroti aspek keutuhan persembahan. "Yang seluruhnya harus dipersembahkan kepada TUHAN" mengindikasikan bahwa tidak ada bagian dari kurban yang boleh ditahan atau diambil kembali oleh manusia. Ini adalah simbol dari penyerahan diri yang tanpa syarat, sebuah pengakuan bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan dan kembali kepada-Nya. Momen pengurapan imam menjadi sangat krusial karena menandai dimulainya tugas pelayanan suci mereka, dan dimulainya tugas ini harus diresmikan dengan persembahan yang paling murni dan tanpa cela.
Tindakan membakar seluruh kurban di atas mezbah juga memiliki makna teologis yang mendalam. Api di mezbah melambangkan kehadiran Tuhan yang memurnikan dan menghanguskan dosa. Dengan membakar kurban sepenuhnya, umat menunjukkan kerinduan mereka untuk dibersihkan dari segala kenajisan dan untuk hidup dalam persekutuan yang murni dengan Tuhan. Bagi Harun dan keturunannya, persembahan ini adalah pengingat konstan akan tanggung jawab mereka sebagai perantara antara Tuhan dan umat-Nya. Mereka harus menjadi teladan kesucian dan pengabdian, memastikan bahwa setiap aspek pelayanan mereka dilakukan sesuai dengan perintah Tuhan, dimulai dari persembahan yang paling mendasar.
Relevansi di Masa Kini
Meskipun konteks ritual dan hukum Perjanjian Lama bersifat spesifik untuk zaman itu, prinsip-prinsip di balik Imamat 6:20 tetap relevan bagi umat beriman di masa kini. Konsep "persembahan yang seluruhnya dipersembahkan kepada Tuhan" dapat ditafsirkan secara spiritual. Kita dipanggil untuk mempersembahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan, bukan hanya sebagian. Ini mencakup waktu, talenta, sumber daya, dan hati kita. Kita dipanggil untuk hidup dalam kesucian, mengakui bahwa kita telah ditebus oleh pengorbanan Kristus, yang merupakan penggenapan sempurna dari semua kurban Perjanjian Lama.
Dalam konteks pelayanan, ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap tugas yang kita lakukan untuk Tuhan, sekecil apapun, haruslah dilakukan dengan hati yang tulus, penuh dedikasi, dan dengan motivasi yang murni untuk memuliakan Dia. Seperti Harun dan anak-anaknya yang diurapi untuk melayani, kita yang telah menerima Kristus juga dipanggil menjadi "kerajaan imam" untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Oleh karena itu, mari kita terus belajar untuk mempersembahkan diri kita seutuhnya kepada Tuhan, dalam semangat ketaatan dan kasih yang menjadi inti dari ajaran-Nya.