"Di tempat binatang itu disembelih untuk korban bakaran, haruslah disembelih korban penebus salah; dan darahnya haruslah dipercikkan ke mezbah sekeliling."
Ayat Imamat 7:2 ini, meskipun singkat, memuat instruksi penting mengenai tata cara persembahan korban dalam hukum Taurat. Ayat ini merupakan bagian dari serangkaian peraturan yang diberikan Tuhan kepada Musa di Gunung Sinai, yang bertujuan untuk mengatur kehidupan umat Israel, baik dalam hubungan mereka dengan Tuhan maupun dengan sesama. Fokus utama dari Imamat 7 adalah mengenai korban-korban, dan ayat ini secara spesifik membicarakan tentang korban penebus salah (sin offering) dan hubungannya dengan korban bakaran (burnt offering).
Perintah untuk menyembelih korban penebus salah di tempat yang sama dengan korban bakaran menunjukkan adanya kesatuan dalam ibadah. Keduanya adalah persembahan yang memiliki makna mendalam. Korban bakaran melambangkan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, sebagai tanda pengabdian dan penyembahan. Sementara itu, korban penebus salah secara khusus ditujukan untuk menutupi dosa-dosa yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Dengan demikian, ayat ini mengingatkan kita bahwa hubungan yang benar dengan Tuhan tidak terlepas dari pengakuan akan dosa dan kebutuhan akan pengampunan.
Instruksi mengenai percikan darah di sekeliling mezbah juga sangat signifikan. Darah dalam Perjanjian Lama adalah lambang kehidupan dan pengampunan dosa. Percikan darah ke mezbah melambangkan penebusan dosa yang dilakukan atas nama umat, dan mezbah itu sendiri menjadi representasi kehadiran Tuhan. Tindakan ini memperkuat konsep bahwa pengampunan dosa hanya dapat dicapai melalui pengorbanan yang sah di hadapan Tuhan. Ini juga menjadi bayangan penting dari pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib, yang merupakan korban sempurna untuk penebusan dosa seluruh umat manusia.
Dalam konteks yang lebih luas, Imamat 7:2 mengingatkan kita akan standar kekudusan Tuhan yang tinggi. Dosa memisahkan manusia dari Tuhan, dan hanya melalui darah yang dicurahkan, pengampunan dapat diperoleh. Pentingnya memperhatikan detail dalam ibadah yang diperintahkan Tuhan menunjukkan betapa seriusnya Ia memandang hubungan dengan umat-Nya. Setiap elemen dalam persembahan memiliki tujuan dan makna teologis yang kaya.
Bagi orang percaya masa kini, ayat ini bukan hanya sekadar catatan sejarah ibadah Israel kuno, tetapi juga mengajarkan prinsip-prinsip abadi. Pertama, kita diajak untuk merenungkan betapa berharganya pengorbanan Kristus yang sempurna. Kedua, kita diingatkan akan pentingnya hidup dalam kekudusan dan ketaatan kepada Tuhan. Dosa masih merupakan masalah yang memisahkan kita dari Tuhan, dan hanya melalui iman kepada Yesus Kristus, kita dapat menemukan pengampunan dan kedekatan kembali dengan-Nya. Ketiga, ayat ini menekankan bahwa ibadah yang sejati haruslah disertai dengan hati yang tulus dan pengakuan akan segala sesuatu yang tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Dengan memahami Imamat 7:2, kita semakin menghargai karya penebusan yang telah Tuhan sediakan. Ini adalah pelajaran tentang keadilan Tuhan yang menuntut pertanggungan dosa, sekaligus kasih-Nya yang menyediakan jalan pengampunan melalui pengorbanan. Kehidupan Kristen adalah perjalanan yang terus menerus berfokus pada Kristus, Sang Imam Besar dan Anak Domba Allah yang mengorbankan diri-Nya sekali untuk selama-lamanya.