"Mereka memandang rendah negeri yang indah itu, mereka tidak percaya kepada firman-Nya."
Mazmur 106:24 mengingatkan kita pada momen penting dalam sejarah bangsa Israel. Ayat ini secara ringkas menggambarkan sikap mereka ketika dihadapkan pada keindahan dan janji tanah Kanaan. Alih-alih bersukacita dan berserah sepenuhnya kepada Tuhan, mereka justru memandang rendah negeri tersebut. Di bawah permukaan kata-kata ini, tersembunyi krisis iman yang mendalam.
Bangsa Israel telah diperlakukan dengan begitu luar biasa oleh Tuhan. Mereka menyaksikan tembok Yerikho runtuh, mengalami keajaiban penyeberangan Sungai Yordan, dan merasakan kehadiran Tuhan yang nyata dalam perjalanan mereka. Tanah Kanaan dijanjikan sebagai tempat yang "melimpah susu dan madunya," sebuah lambang berkat dan kedamaian yang Tuhan ingin berikan kepada umat-Nya. Namun, alih-alih melihatnya sebagai karunia dari Sang Pencipta, mata mereka tertuju pada tantangan, pada ketakutan, dan pada kekuatan bangsa-bangsa lain yang mendiaminya.
Ketidakpercayaan mereka bukan sekadar ketakutan fisik, melainkan sebuah penolakan terhadap firman dan janji Tuhan. Mereka lebih memilih untuk mengandalkan pemahaman mereka sendiri, pengalaman masa lalu yang pahit, atau bisikan keraguan daripada mendengarkan suara ilahi. Sikap ini membuka pintu bagi berbagai kesulitan dan kegagalan dalam perjalanan mereka. Mereka melupakan kasih setia Tuhan yang telah menuntun mereka keluar dari perbudakan di Mesir dan melalui padang gurun yang tandus.
Pelajaran dari Mazmur 106:24 sangat relevan bagi kehidupan kita saat ini. Seringkali, kita dihadapkan pada "negeri yang indah" dalam bentuk peluang, tantangan baru, atau berkat yang Tuhan sediakan. Mungkin itu adalah pekerjaan impian, hubungan yang sehat, kesempatan untuk bertumbuh, atau pemulihan setelah masa sulit. Namun, sama seperti bangsa Israel, kita juga bisa jatuh ke dalam perangkap memandang rendah anugerah Tuhan. Kita bisa menjadi terlalu fokus pada kekurangan, risiko, atau ketidaksempurnaan, sehingga kita kehilangan pandangan akan kebesaran dan kebaikan-Nya.
Ketika kita tidak percaya kepada firman-Nya, kita menolak sumber kekuatan dan hikmat ilahi. Kita memilih untuk berjalan sendiri, mengandalkan kemampuan terbatas kita, dan akhirnya tersesat dalam keraguan dan kekecewaan. Mazmur 106:24 mengajak kita untuk merenungkan sikap hati kita. Apakah kita melihat berkat Tuhan dengan mata iman, atau kita membiarkan ketakutan dan keraguan mengaburkan pandangan kita? Marilah kita memilih untuk mempercayai firman-Nya, mengakui kasih setia-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita, dan dengan berani melangkah ke dalam janji-janji yang telah Ia berikan.