Lalu Musa melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN, dan perintah itu dilaksanakan.
Simbol sederhana: Garis vertikal melambangkan arahan (perintah TUHAN), garis horizontal dan segitiga di bawahnya melambangkan pelaksanaan atau tindakan yang dilakukan.
Ayat Imamat 8:4 mungkin terkesan singkat dan sederhana, namun di dalamnya tersimpan makna yang mendalam tentang ketaatan dan pelaksanaan firman Tuhan. Frasa "Lalu Musa melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN, dan perintah itu dilaksanakan" menggambarkan sebuah momen krusial dalam narasi penahbisan Harun dan putra-putranya sebagai imam. Ini bukan sekadar laporan pasif, melainkan penegasan tentang sebuah tindakan yang lahir dari pendengaran dan kepatuhan total.
Dalam konteks Imamat pasal 8, Musa bertugas sebagai perantara yang menerima instruksi langsung dari Tuhan untuk mempersiapkan dan menguduskan Harun dan anak-anaknya untuk melayani di Kemah Suci. Seluruh prosesnya sangat detail, mulai dari cara membasuh mereka, mengenakan pakaian keimaman, mengurapi dengan minyak, hingga mempersembahkan korban-korban tertentu. Setiap langkah memiliki signifikansi teologis yang kaya, menunjuk pada kedatangan Mesias dan karya penebusan-Nya.
Ketika dikatakan bahwa Musa "melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN, dan perintah itu dilaksanakan," ini menunjukkan sebuah proses yang tidak hanya berhenti pada pemahaman, tetapi berlanjut pada eksekusi. Ketaatan yang sesungguhnya terlihat dalam tindakan nyata. Ini adalah prinsip yang terus relevan bagi setiap orang percaya: iman yang hidup bukan sekadar keyakinan di dalam hati, melainkan manifestasi dalam kehidupan sehari-hari. Perintah Tuhan bukanlah beban, melainkan panduan menuju kesucian dan hubungan yang lebih dalam dengan-Nya.
Tindakan Musa mencerminkan dedikasi penuh pada kehendak ilahi. Ia tidak menunda, tidak mengubah, dan tidak berkompromi. Keberhasilan penahbisan imam dan dimulainya pelayanan mereka di hadapan Tuhan sangat bergantung pada ketaatan Musa dalam mengikuti setiap instruksi. Hal ini mengingatkan kita bahwa setiap aspek pelayanan dan kehidupan kita harus didasarkan pada firman Tuhan. Tuhan memberikan arahan-Nya, dan tugas kita adalah melaksanakannya dengan setia.
Lebih jauh, ayat ini bisa menjadi refleksi bagi kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Apakah kita telah sungguh-sungguh mendengarkan apa yang Tuhan perintahkan melalui firman-Nya, ajaran rohani, atau bisikan Roh Kudus? Dan yang terpenting, apakah kita berani untuk melaksanakan apa yang telah kita dengar? Ketaatan yang tulus akan membawa berkat dan mengarahkan kita pada jalan kesucian yang Tuhan inginkan. Ia bukan hanya ingin kita tahu, tetapi Ia ingin kita taat. Mari kita jadikan ayat ini sebagai pendorong untuk terus bertindak sesuai dengan kehendak-Nya, karena di situlah terletak kekuatan dan tujuan hidup kita yang sejati.