"Lalu burung-burung pemangsa hinggap pada bangkai itu, tetapi Abram mengusirnya."
Kisah dalam Kejadian pasal 15 mencatat momen krusial dalam perjalanan iman Abraham. Tuhan membuat perjanjian dengan Abraham, menjanjikan keturunan yang banyak seperti bintang di langit dan tanah Kanaan sebagai warisan abadi. Perjanjian ini adalah penegasan dari janji-janji sebelumnya yang telah Tuhan berikan kepada Abraham. Dalam tradisi Timur Dekat kuno, membuat perjanjian melibatkan upacara formal, seringkali dengan membelah hewan dan berjalan di antara potongan-potongannya, sebagai simbol bahwa pihak yang melanggar perjanjian akan mengalami nasib serupa.
Abraham melakukan semua yang diperintahkan Tuhan, mempersiapkan hewan kurban. Namun, saat matahari mulai terbenam, situasi menjadi sedikit berbeda. Burung-burung pemangsa, yang dikenal sebagai perusak atau pemakan bangkai, mulai turun ke atas hewan-hewan kurban yang telah disembelih. Kehadiran mereka dapat diartikan sebagai gangguan, ancaman, atau bahkan upaya untuk menggagalkan upacara penting ini.
Dalam ayat 11, kita melihat respons Abraham terhadap situasi ini: "Lalu burung-burung pemangsa hinggap pada bangkai itu, tetapi Abram mengusirnya." Tindakan ini menunjukkan kesungguhan dan kesetiaan Abraham dalam menjaga kekudusan dan integritas perjanjian yang sedang dibuat. Abram tidak membiarkan gangguan sekecil apa pun merusak momen sakral ini. Ia secara aktif mengusir burung-burung tersebut, menegaskan komitmennya untuk memastikan bahwa upacara ini berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Peristiwa ini bukan sekadar detail historis, melainkan cerminan dari perjuangan iman yang terus-menerus. Dalam perjalanan hidup rohani kita, seringkali kita dihadapkan pada "burung-burung pemangsa" – keraguan, ketakutan, godaan, atau bahkan hal-hal remeh yang berusaha mengalihkan perhatian kita dari tujuan utama kita bersama Tuhan. Sikap Abraham mengajarkan kita pentingnya ketekunan dan proaktivitas dalam menjaga hubungan kita dengan Tuhan dan komitmen kita terhadap kebenaran-Nya.
Pengusiran burung-burung pemangsa oleh Abraham melambangkan peran aktif yang harus kita ambil dalam menjaga berkat dan janji Tuhan dalam hidup kita. Ini bukan pasivitas, melainkan kewaspadaan iman. Tuhan telah menginisiasi perjanjian ini, tetapi partisipasi dan kesetiaan manusia tetaplah penting. Kisah ini mengingatkan kita bahwa meskipun Tuhan berdaulat penuh atas perjanjian-Nya, respons kita terhadap-Nya, termasuk dalam menghadapi tantangan, adalah bagian integral dari perjalanan iman. Tuhan yang berjanji adalah Tuhan yang setia, dan kesetiaan-Nya terwujud dalam kekuatan-Nya sendiri, namun Dia juga memanggil kita untuk hidup dalam ketaatan dan kesungguhan hati. Kejadian 15:11 menjadi bukti bahwa bahkan dalam kesederhanaannya, tindakan Abraham mencerminkan komitmen mendalam terhadap kehendak ilahi.