"Lalu TUHAN menurunkan hujan belerang dan api ke atas Sodom dan Gomora, dari TUHAN, dari langit."
Simbol api dan belerang yang turun dari langit.
Kejadian 19:25 mencatat momen tragis yang menandai akhir dari dua kota, Sodom dan Gomora. Ayat ini menggambarkan bagaimana Tuhan menurunkan hujan belerang dan api dari langit sebagai hukuman atas dosa-dosa yang dilakukan oleh penduduk kota-kota tersebut. Tindakan ini bukan sekadar peristiwa alam biasa, melainkan sebuah manifestasi kekudusan dan keadilan ilahi terhadap kebejatan yang merajalela. Keterangan ini memberikan gambaran yang sangat dramatis mengenai murka Tuhan yang bangkit terhadap pelanggaran moral yang ekstrem.
Sebelum peristiwa dahsyat ini terjadi, Tuhan telah mengutus malaikat untuk menyelamatkan Lot, kemenakan Abraham, beserta keluarganya. Perintah jelas diberikan agar mereka segera melarikan diri dan tidak menoleh ke belakang. Namun, istri Lot, karena tidak mematuhi perintah tersebut, menoleh ke belakang dan berubah menjadi tiang garam. Kejadian 19:25 menjadi klimaks dari narasi ini, memperlihatkan konsekuensi penghakiman yang tidak pandang bulu terhadap kejahatan yang tidak dapat diampuni.
Hancurnya Sodom dan Gomora melalui hujan belerang dan api meninggalkan luka mendalam dalam catatan sejarah keagamaan. Peristiwa ini seringkali dijadikan sebagai peringatan abadi tentang bahaya meninggalkan jalan kebenaran dan hidup dalam kenajisan. Kemarahan ilahi yang digambarkan dalam ayat ini menekankan bahwa Tuhan tidak dapat mentolerir dosa yang terus-menerus dan terang-terangan. Pembersihan total yang terjadi menunjukkan bahwa Tuhan adalah Tuhan yang kudus dan adil, yang pasti akan menghakimi segala bentuk kejahatan.
Bagi banyak tradisi teologis, cerita Sodom dan Gomora menjadi contoh nyata dari penghakiman Tuhan yang bersifat final dan absolut. Ini bukan hanya tentang hukuman fisik, tetapi juga tentang penghapusan total sebuah peradaban yang telah jatuh begitu dalam ke dalam jurang dosa. Lokasi bekas kota-kota ini, kini dipercayai berada di sekitar Laut Mati, seringkali dikunjungi dan menjadi pengingat fisik akan kengerian penghakiman ilahi tersebut. Sejarah ini mengajarkan pentingnya pertobatan dan ketaatan kepada firman Tuhan sebagai jalan untuk menghindari murka-Nya.
Lebih dari sekadar kisah masa lalu, Kejadian 19:25 memiliki relevansi universal. Ia berbicara kepada setiap generasi tentang pentingnya menjaga kekudusan hidup, menjauhi segala bentuk kebejatan, dan selalu hidup dalam kesadaran akan kehadiran Tuhan. Penghakiman atas Sodom dan Gomora adalah pengingat yang kuat bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi, dan bahwa Tuhan pada akhirnya akan meminta pertanggungjawaban dari setiap insan. Pesan ini menekankan panggilan untuk hidup dalam kebenaran dan takut akan Tuhan.