Kitab Kejadian merupakan fondasi dari banyak kisah penting dalam tradisi agama-agama samawi. Di dalamnya, kita menemukan silsilah, janji-janji ilahi, dan narasi tentang bagaimana umat manusia berinteraksi dengan Sang Pencipta. Salah satu pasal yang menarik untuk ditelaah lebih dalam adalah Kejadian 25, yang membawa kita pada momen krusial menjelang kelahiran dua keturunan penting dari Ishak, putra Abraham. Ayat 2 dari pasal ini, meskipun ringkas, membuka pintu pada pemahaman yang lebih luas tentang sebuah kelahiran yang penuh pergolakan dan makna ilahi.
Ayat ini sendiri berbunyi, "Dan Abraham mengambil seorang isteri lagi, namanya Keturah." Pernyataan ini mungkin terdengar sederhana, namun ia memiliki implikasi yang cukup signifikan dalam konteks kisah Ishak dan keturunannya. Setelah kematian Sarah, istrinya yang pertama dan melahirkan Ishak, Abraham tampaknya tidak menghentikan upaya untuk melanjutkan garis keturunannya atau mungkin untuk memenuhi mandat ilahi yang belum sepenuhnya terpenuhi. Pernikahan dengan Keturah bukanlah pengganti Sarah, melainkan sebuah babak baru dalam kehidupannya yang sudah lanjut.
Kehadiran Keturah bukan hanya sekadar tambahan dalam silsilah, tetapi juga mengindikasikan kelangsungan hidup dan kesuburan di tengah usia Abraham yang sudah lanjut. Dari Keturah, Abraham memiliki banyak anak lagi. Nama-nama mereka disebutkan dalam pasal ini: Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isbak, dan Suah. Ini menunjukkan bahwa meskipun fokus utama narasi sering tertuju pada Ishak sebagai pewaris perjanjian, Allah tetap memberikan keturunan dan berkat kepada Abraham melalui jalur lain. Keturunan dari Keturah ini kelak akan menjadi nenek moyang dari berbagai suku bangsa di Timur Tengah, yang sejarahnya terjalin dan terkadang bersinggungan dengan bangsa Israel.
Mengapa penyebutan tentang Keturah ini penting? Dalam tradisi yang menekankan Ishak sebagai anak perjanjian, penambahan Keturah menegaskan kembali kemurahan dan kekayaan berkat Tuhan. Abraham terus diberkati, bahkan di akhir hidupnya. Ini juga bisa diartikan sebagai bagian dari rencana Allah yang lebih luas, di mana berbagai bangsa memiliki tempat dan peran dalam skema ilahi. Para keturunan Keturah ini tidak diabaikan; mereka memiliki sejarah dan nasib mereka sendiri, yang juga menjadi bagian dari jalinan kisah umat manusia.
Lebih jauh, pasal ini kemudian bergeser untuk fokus pada Ishak sendiri dan masa tuanya. Kita diberitahu tentang usianya saat Sarah meninggal dan bagaimana Ishak kemudian "dibawa masuk ke dalam kemah ibunya". Ini adalah momen penting yang menandai transisi peran dan tanggung jawabnya. Namun, penderitaan dan kebingungan yang luar biasa akan segera dialami Ishak dan istrinya, Ribka. Di ayat 22 dan 23, Allah bahkan memberikan nubuat tentang dua anak kembar yang ada di dalam kandungan Ribka, yang akan menjadi dua bangsa besar, yang lebih tua akan melayani yang lebih muda. Ini adalah gambaran kuat tentang bagaimana Allah bekerja melampaui kemampuan manusia, memilih dan membentuk takdir bahkan sebelum kelahiran.
Kejadian 25:2, bersama dengan ayat-ayat berikutnya, mengingatkan kita bahwa kisah-kisah dalam Alkitab seringkali penuh dengan lapisan makna. Di balik penyebutan nama dan silsilah, terdapat rencana ilahi yang kompleks dan penuh kasih. Pernikahan Abraham dengan Keturah, keturunannya yang banyak, dan masa depan Ishak yang penuh tantangan, semuanya adalah bagian dari permadani besar yang ditenun oleh tangan Tuhan. Ini adalah pelajaran tentang kesetiaan Allah yang tak berkesudahan, kemampuannya untuk memberkati dalam berbagai cara, dan cara-cara-Nya yang seringkali tak terduga dalam mencapai tujuan-Nya bagi dunia.