Kejadian 27:15 - Kisah Berkat yang Tersembunyi

Lalu Ribka mengambil pakaian Esau, anaknya yang sulung, yang mahal dan yang ada di rumahnya, lalu dipakainya pada Yakub, anaknya yang muda.

Simbol Ketenangan dan Harapan Doa

Dalam kisah dramatis yang tercatat dalam Kitab Kejadian pasal 27, kita menemukan momen penting yang melibatkan berkat ilahi dan campur tangan manusia. Ayat 15 menjadi titik awal dari sebuah strategi yang dirancang oleh Ribka, ibu Yakub dan Esau, untuk memastikan bahwa berkat kesulungan yang seharusnya jatuh pada Esau, putra sulungnya, justru diterima oleh Yakub, putra bungsunya. Momen ini adalah perpaduan antara kecintaan seorang ibu, intrik, dan keyakinan akan janji Tuhan.

Ayat ini secara spesifik menggambarkan tindakan Ribka yang mengambil pakaian Esau. Pakaian tersebut digambarkan sebagai "pakaian Esau, anaknya yang sulung, yang mahal dan yang ada di rumahnya." Frasa "mahal" bisa merujuk pada nilai intrinsik pakaian itu sendiri, atau bisa juga menyiratkan bahwa pakaian tersebut telah menyerap aroma atau kualitas khas Esau yang dikenal sebagai seorang pemburu yang terampil dan sering berada di luar. Ribka kemudian memakaikan pakaian itu pada Yakub. Tujuannya sangat jelas: untuk menipu Ishak, ayah mereka yang sudah tua dan lemah penglihatannya, agar mengira bahwa Yakub adalah Esau.

Langkah ini bukan sekadar taktik licik belaka. Ribka tampaknya memiliki pemahaman yang lebih dalam mengenai kehendak Tuhan. Sejak sebelum kelahiran Yakub dan Esau, Tuhan telah menyatakan kepada Ribka bahwa "dua bangsa ada dalam kandunganmu dan dua orang anak laki-laki akan berpisah sejak dari kandunganmu; yang sulung akan menjadi lebih muda dan yang muda akan menjadi lebih tua" (Kejadian 25:23). Ribka, melalui ayat ini, berupaya untuk mewujudkan nubuat tersebut, meskipun dengan cara yang tidak konvensional. Dia ingin memastikan bahwa garis keturunan perjanjian dan hak kesulungan yang membawa janji-janji ilahi tidak jatuh ke tangan yang salah, yang menurut pandangannya adalah Esau.

Penting untuk dicatat bahwa tindakan Ribka dan Yakub dalam peristiwa ini seringkali menjadi bahan perdebatan teologis. Ada yang melihatnya sebagai penipuan yang melanggar prinsip kejujuran. Namun, di sisi lain, ada argumen bahwa dalam konteks perjanjian Tuhan, tindakan tersebut merupakan upaya untuk mengarahkan berkat sesuai dengan rencana-Nya, meskipun melalui metode yang kurang sempurna. Kejadian 27:15 ini membuka pintu untuk refleksi mendalam tentang peran kehendak bebas manusia, campur tangan ilahi, dan bagaimana Tuhan dapat bekerja melalui bahkan pilihan-pilihan yang ambigu untuk menggenapi tujuan-Nya yang lebih besar.

Kisah ini mengingatkan kita bahwa seringkali, bahkan dalam cerita-cerita suci, terdapat kompleksitas moral dan emosional. Keinginan Ribka untuk melihat janji Tuhan terwujud begitu kuat, sehingga ia rela mengambil risiko dan melakukan sebuah tindakan yang berisiko tinggi. Intrik ini, yang dimulai dengan pemakaian pakaian Esau, akan membawa konsekuensi yang mendalam bagi Yakub, Esau, dan seluruh keturunan mereka, membentuk jalannya sejarah bangsa Israel dan kisah keselamatan.

Pada akhirnya, Kejadian 27:15 bukan hanya tentang pakaian yang dipakai, tetapi tentang harapan, keyakinan, dan perjuangan untuk memastikan berkat yang paling berharga sampai kepada orang yang tepat, sesuai dengan pandangan yang dipegang oleh tokoh-tokoh dalam narasi tersebut. Kisah ini terus bergema, mengajarkan kita tentang bagaimana Tuhan bekerja di tengah-tengah kerapuhan dan keputusan manusia.