"Tetapi Ishak berkata kepada anaknya itu: "Dapatkah anakku segera menemukannya, hai Tuhanku?" Jawab Nuh: "Karena Tuhan, Allahmu, memperkenan aku.""
Kisah dalam Kejadian 27:20 membawa kita pada momen krusial dalam kehidupan Yakub dan Ishak, sebuah peristiwa yang penuh dengan intrik, keinginan, dan campur tangan ilahi. Ayat ini, "Tetapi Ishak berkata kepada anaknya itu: 'Dapatkah anakku segera menemukannya, hai Tuhanku?' Jawab Nuh: 'Karena Tuhan, Allahmu, memperkenan aku.'" mencatat sebuah dialog singkat namun sarat makna. Dalam konteks cerita yang lebih luas, Yakub, dengan bantuan ibunya Ribka, menyamar menyerupai kakaknya, Esau, untuk mendapatkan berkat utama dari ayahnya yang sudah tua dan buta.
Ishak, yang yakin bahwa ia sedang berbicara dengan Esau, menanyakan kecepatan Yakub dalam mencari buruan. Jawaban Yakub, "Karena Tuhan, Allahmu, memperkenan aku," bukan sekadar respons biasa. Ini adalah pengakuan terselubung atas peran Tuhan dalam seluruh rencana ini. Meskipun berbohong, Yakub tidak bisa sepenuhnya mengabaikan realitas bahwa kesuksesan rencananya, bahkan dalam cara yang keliru ini, bergantung pada kerelaan Tuhan.
Kisah ini menyoroti beberapa tema penting. Pertama, dinamika keluarga dan persaingan antar saudara. Yakub dan Esau memiliki hubungan yang kompleks, di mana Yakub seringkali tampak lebih licik dan ambisius, sementara Esau digambarkan sebagai sosok yang lebih lugas dan berorientasi pada hal-hal duniawi. Ribka pun memiliki peran aktif, jelas memihak Yakub.
Kedua, tema berkat dan ketetapan ilahi. Dalam tradisi Yahudi dan Kristen, berkat nenek moyang memiliki makna yang sangat mendalam, mewariskan hak kesulungan dan janji-janji yang telah diberikan Allah kepada Abraham. Meskipun cara Yakub mendapatkannya kontroversial, narasi ini mengisyaratkan bahwa Allah bekerja sesuai dengan rencana-Nya, bahkan melalui tindakan yang tidak sempurna dari manusia. Penting untuk dicatat bahwa Allah tidak menyetujui penipuan itu sendiri, namun Ia tetap menggunakan peristiwa ini untuk menggenapi janji-Nya kepada Abraham.
Ayat ini juga menunjukkan bahwa bahkan dalam situasi yang penuh dengan kebohongan dan tipu daya, pengakuan akan kekuasaan Tuhan tetap bisa muncul. Yakub, sadar akan ketidakberdayaannya jika tanpa campur tangan ilahi, menempatkan Allah sebagai faktor penentu. Ini bisa menjadi pengingat bagi kita bahwa dalam setiap usaha kita, terlepas dari bagaimana kita mencapainya, pengakuan akan kebesaran dan kedaulatan Tuhan adalah hal yang penting.
Kisah Yakub dan Esau adalah pengingat bahwa kehidupan seringkali tidak hitam putih. Ada nuansa abu-abu dalam tindakan manusia, namun di balik semua itu, ada rencana yang lebih besar yang dijalankan oleh Tuhan. Kejadian 27:20 menjadi salah satu titik penting yang mengungkapkan bahwa, meskipun melalui jalur yang berliku, kehendak Allah cenderung terwujud.