"Lepaskanlah kiranya aku dari tangan saudaraku, dari tangan Esau, sebab aku takut kepadanya, supaya jangan ia datang membunuh aku, serta ibu-ibu dan anak-anakku sekalian."
Ayat dari Kitab Kejadian pasal 32 ayat 11 ini adalah sebuah jendela menuju kedalaman hati Yakub di saat yang genting. Ayat ini mencerminkan keputusasaan, ketakutan, dan ketergantungan yang luar biasa kepada Tuhan. Yakub, yang sedang dalam perjalanan pulang menuju tanah kelahirannya, dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa ia akan bertemu kembali dengan Esau, saudaranya yang telah ia tipu bertahun-tahun lalu. Ketakutan Yakub bukanlah tanpa alasan. Ia tahu bahwa Esau memiliki alasan kuat untuk membalas dendam.
Dalam situasi yang penuh ancaman ini, Yakub tidak hanya mengandalkan kekuatan fisiknya atau strategi yang ia rencanakan. Doa yang ia panjatkan adalah manifestasi imannya yang mendalam. Ia mengakui kebesaran Tuhan dan kerendahan dirinya. Permohonannya yang tulus, "Lepaskanlah kiranya aku dari tangan saudaraku," menunjukkan betapa ia menyadari ketidakberdayaannya di hadapan kekuatan Esau. Ia tidak meminta agar Esau dijauhkan secara fisik, melainkan agar ia sendiri dilepaskan dari potensi bahaya yang mengancam.
Lebih dari sekadar permohonan pribadi, doa Yakub juga mencakup kekhawatiran akan keluarganya. Ia menyebutkan "ibu-ibu dan anak-anakku sekalian." Ini menunjukkan bahwa Yakub merasakan tanggung jawab yang besar untuk melindungi orang-orang yang ia cintai. Ia memahami bahwa keselamatan dirinya tidak terlepas dari keselamatan keluarganya. Dalam pandangannya, nasib mereka terjalin erat. Ketakutannya terhadap Esau juga merupakan ketakutan akan kehancuran seluruh keluarganya.
Kejadian 32:11 mengajarkan kita arti penting doa dalam menghadapi kesulitan. Ketika ketakutan dan kekhawatiran melanda, tempat perlindungan sejati adalah dalam pelukan Tuhan. Doa Yakub adalah contoh bagaimana seseorang dapat berserah sepenuhnya kepada pemeliharaan ilahi, mengakui keterbatasan diri namun tetap memegang teguh keyakinan akan kuasa dan kebaikan Tuhan. Walaupun ia takut, ia memilih untuk berdoa, sebuah tindakan iman yang seringkali lebih sulit daripada menghadapi ancaman itu sendiri.
Kisah Yakub ini terus bergema sepanjang zaman sebagai pengingat bahwa bahkan dalam situasi yang paling menakutkan sekalipun, harapan tetap ada. Tuhan mendengarkan doa hamba-Nya, terutama ketika doa itu diucapkan dengan hati yang tulus, penuh kerendahan, dan keyakinan akan kuasa-Nya. Kejadian 32:11 bukan hanya catatan sejarah, melainkan sebuah pelajaran abadi tentang kekuatan iman dan pentingnya berserah kepada kehendak Tuhan.