Kisah Rasul 4:17 - Kesaksian yang Menggelora

"Tetapi kata mereka kepada mereka: "Lebih baiklah kita taat kepada Allah daripada kepada kamu"."

Ayat dari Kitab Kisah Para Rasul pasal 4, ayat 17, ini memuat sebuah pernyataan yang begitu kuat dan tegas, sebuah pilar kesaksian iman yang terus bergema sepanjang zaman. Pernyataan ini diucapkan oleh para rasul, Petrus dan Yohanes, di hadapan Mahkamah Agama Yahudi yang terdiri dari para tua-tua, imam-imam besar, dan ahli-ahli Taurat. Mereka baru saja menyembuhkan seorang pria lumpuh di Gerbang Indah Bait Allah, sebuah mukjizat yang dilakukan atas nama Yesus Kristus, Juruselamat yang telah bangkit.

Otoritas agama saat itu merasa terancam oleh ajaran dan kuasa yang dipancarkan oleh para rasul. Mereka tidak dapat menyangkal mukjizat yang terjadi, namun mereka juga tidak mau mengakui kebangkitan Yesus dan kuasa-Nya. Karena itu, mereka menangkap Petrus dan Yohanes, memerintahkan mereka agar tidak lagi berbicara atau mengajar dalam nama Yesus. Ini adalah sebuah perintah yang secara langsung bertentangan dengan mandat yang Yesus berikan kepada para murid-Nya untuk menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi.

Simbol kesaksian yang teguh

Dalam menghadapi ancaman dan larangan ini, para rasul memberikan jawaban yang menjadi prinsip fundamental bagi setiap orang percaya. Mereka tidak gentar, tidak tunduk pada tekanan duniawi, melainkan menegaskan prioritas iman mereka. "Lebih baiklah kita taat kepada Allah daripada kepada kamu," ujar mereka. Pernyataan ini mencerminkan keberanian luar biasa yang lahir dari keyakinan mendalam akan kebenaran firman Tuhan dan otoritas-Nya yang tertinggi. Mereka sadar bahwa perintah manusia, betapapun berkuasanya, tidak dapat membatalkan perintah ilahi.

Kisah ini mengajarkan kita bahwa ada kalanya kita akan dihadapkan pada pilihan yang sulit: menuruti keinginan manusia yang bertentangan dengan kehendak Allah, atau setia pada panggilan-Nya. Para rasul memberikan teladan tentang bagaimana menghadapi situasi seperti itu. Mereka tidak mencari konflik, tetapi mereka juga tidak mau berkompromi dengan iman mereka. Kesaksian mereka bukan hanya tentang perkataan, tetapi juga tentang tindakan. Mereka terus memberitakan Injil, bahkan dengan risiko penganiayaan.

Pengaruh dari kesaksian para rasul ini sungguh dahsyat. Meskipun diperintahkan untuk diam, Injil terus menyebar. Orang-orang melihat kesaksian hidup para rasul, keberanian mereka, dan kuasa Allah yang bekerja melalui mereka. Ini membuktikan bahwa iman yang sejati tidak dapat dibungkam oleh ancaman. Sebaliknya, iman yang kokoh seringkali justru semakin bersinar di bawah tekanan. Kisah Rasul 4:17 adalah pengingat abadi bahwa ketaatan kepada Allah adalah prioritas utama, sebuah fondasi yang tidak boleh digoyahkan oleh siapapun atau apapun di dunia ini. Ini adalah panggilan untuk hidup dengan integritas, berani bersaksi, dan selalu mendahulukan kehendak Sang Pencipta di atas segala tuntutan duniawi.