Ayat yang tercatat dalam Kejadian 32:3 merupakan momen krusial dalam perjalanan hidup Yakub. Setelah bertahun-tahun bekerja di tanah Haran, melarikan diri dari kemarahan saudaranya Esau, dan membangun kehidupannya sendiri, Yakub kini menghadapi persimpangan jalan. Tuhan telah berfirman kepadanya untuk kembali ke tanah kelahirannya, ke tanah perjanjian yang dijanjikan kepada leluhurnya. Namun, kepulangan ini bukanlah tanpa tantangan. Perasaan cemas dan ketakutan pasti menyelimuti hati Yakub, terutama mengingat sejarah konflik yang ia miliki dengan Esau.
Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, Yakub mengambil langkah yang paling penting: ia berseru kepada Tuhan. Doanya dalam ayat ini sangat kaya makna. Ia tidak hanya sekadar memohon, tetapi ia mengingatkan Tuhan tentang janji-janji-Nya dan hubungan perjanjian yang telah terjalin. Yakub memanggil Tuhan sebagai "Allahku, bapa Abrahamku dan Allah Ishak, bapa bapaku." Ini adalah pengakuan atas kedaulatan Tuhan yang melampaui generasi, Tuhan yang telah berinteraksi dan berjanji kepada para leluhurnya, Abraham dan Ishak. Dengan mengingatkan Tuhan akan hal ini, Yakub sedang meneguhkan keyakinannya bahwa Tuhan yang sama yang telah menuntun dan memberkati leluhurnya, juga akan bersamanya dalam perjalanan ini.
Lebih lanjut, Yakub juga mengingatkan Tuhan akan perintah-Nya sendiri: "Engkaulah yang berfirman kepadaku: Pulanglah ke negerimu dan kepada kaum keluargamu, dan Aku akan berbuat baik kepadamu." Pernyataan ini menunjukkan sebuah keyakinan yang mendalam bahwa Tuhan bukan hanya berkuasa, tetapi juga setia pada firman-Nya. Yakub mempercayai bahwa Tuhan yang telah memerintahkannya untuk kembali, juga pasti akan menepati janji-Nya untuk "berbuat baik" kepadanya. Ini adalah sebuah pengakuan bahwa keberhasilan dan kebaikan hidupnya tidak bergantung pada kekuatan atau kecerdasannya semata, melainkan sepenuhnya pada kesetiaan Tuhan.
Kisah ini memberikan pelajaran berharga bagi kita. Ketika kita dihadapkan pada situasi yang sulit, penuh keraguan, atau menghadapi ketakutan akan masa depan, kita diingatkan untuk tidak berdiam diri dalam kecemasan. Sebaliknya, kita dipanggil untuk meneladani Yakub dengan membawa pergumulan kita kepada Tuhan. Mengingatkan Tuhan akan firman-Nya, janji-janji-Nya dalam Kitab Suci, dan perbuatan-perbuatan-Nya di masa lalu, adalah cara untuk menguatkan iman kita. Ini bukan berarti Tuhan lupa atau membutuhkan pengingat, melainkan sebuah tindakan kerendahan hati dan penyerahan diri, menegaskan kembali bahwa hanya dalam Dia kita menemukan kekuatan dan kepastian.
Doa Yakub di Kejadian 32:3 mengajarkan pentingnya hubungan personal dengan Tuhan, yang berakar pada sejarah keselamatan-Nya. Ini adalah tentang mengenali Tuhan yang sama yang bekerja dalam kehidupan leluhur kita, dan meyakini bahwa Dia juga bekerja dalam kehidupan kita. Tuhan yang berfirman untuk memimpin, juga berfirman untuk melindungi dan memberkati. Melalui ayat ini, kita diingatkan bahwa di tengah ketidakpastian hidup, ada satu kepastian yang teguh: kesetiaan Tuhan yang tidak pernah berubah, dan janji-Nya untuk berbuat baik kepada mereka yang berseru kepada-Nya dalam iman.