"Dan sesudah itu Yakubpun menyertai perbekalannya, dan bersamanya pula para hambanya yang seratus orang itu, dan kedua orang perempuan yang berjalan di depannya, dan kesebelas anaknya, dan ia menyeberangi tempat penyeberangan Yabok."
Kisah Yakub di Kejadian 32:6 menyoroti momen krusial dalam kehidupannya. Setelah bertahun-tahun bekerja keras untuk Laban, Yakub kini dalam perjalanan pulang ke tanah kelahirannya, tanah Kanaan. Namun, kepulangannya bukanlah tanpa beban. Ingatan akan kesalahannya terhadap Esau, kakaknya, masih membayanginya. Ia tahu bahwa Esau mungkin masih menyimpan dendam, dan pertemuan kembali itu bisa saja berujung pada konflik. Dalam ayat ini, kita melihat Yakub mengambil langkah pertama yang sangat penting: ia menyeberangi Yabok. Ini bukan sekadar perpindahan fisik, melainkan sebuah persiapan untuk menghadapi apa yang ada di depannya.
Keputusan untuk menyeberangi Yabok menunjukkan sebuah perhitungan strategis. Yakub membagi keluarganya dan harta bendanya. Ia menempatkan para hambanya yang paling depan, diikuti oleh Lea dan Rahel bersama anak-anak mereka, dan yang terakhir adalah dirinya sendiri. Pembagian ini bisa diartikan sebagai upaya melindungi orang-orang yang dicintainya dari potensi bahaya. Ada rasa kekhawatiran yang jelas dalam setiap gerak-geriknya, sebuah pengakuan bahwa ia tidak sepenuhnya memegang kendali atas situasi. Ia telah berusaha dengan kemampuannya untuk mempersiapkan diri, namun ia juga menyadari bahwa perlindungan sejati datang dari sumber yang lebih tinggi.
Ilustrasi perjalanan dan penyeberangan Sungai Yabok.
Meskipun Yakub mengambil langkah-langkah persiapan, puncaknya bukanlah pada usahanya sendiri, melainkan pada perjumpaannya dengan Tuhan di tepi Yabok. Ayat-ayat selanjutnya dalam pasal ini menceritakan bagaimana Yakub bermalam sendirian di sana dan bergulat dengan Tuhan. Pertarungan ini melambangkan pergumulan batin Yakub, ketakutan dan keraguannya, serta kebutuhannya akan berkat dan pemulihan hubungan dengan Tuhan.
Kejadian 32:6 mengingatkan kita bahwa dalam setiap perjalanan hidup, ada momen-momen yang membutuhkan persiapan matang sekaligus kesadaran akan keterbatasan diri. Yakub tidak hanya mengandalkan kekuatannya sendiri, tetapi ia juga mempersiapkan diri untuk bertemu dengan kakaknya. Namun, esensi dari bab ini terletak pada penyerahan diri total kepada Tuhan. Kisah ini mengajarkan bahwa ketakutan dan kekhawatiran adalah bagian dari pengalaman manusia, namun iman yang teguh dan kepercayaan pada pemeliharaan Tuhan adalah kunci untuk melewati badai kehidupan. Dengan menyeberangi Yabok, Yakub sedang melangkah menuju sebuah transformasi, sebuah pertemuan yang akan mengubah identitasnya dan meyakinkannya bahwa meskipun ia mungkin telah berbuat salah, Tuhan tetap bersamanya, menjaganya, dan memberinya kekuatan baru. Perjalanan ini adalah bukti nyata bahwa Tuhan hadir bahkan di tengah ketidakpastian dan ketakutan kita.