Kisah dalam Kitab Kejadian pasal 34 menyajikan sebuah peristiwa yang penuh gejolak emosi dan implikasi sosial yang mendalam bagi keluarga Yakub dan penduduk kota Sikhem. Di tengah-tengah narasi yang seringkali disorot karena tindakan tragis Dina, muncul sebuah ayat, yaitu Kejadian 34:16, yang mengungkapkan sebuah kesepakatan atau usulan penting. Ayat ini berbunyi: "Juga orang kota itu, yakni orang Sikhem, berbicara dengan orang-orang Hamor, ayah mereka, katanya: 'Hendaklah kamu berbuat seperti ini kepada kami: hendaklah segala laki-laki kami disunat, seperti segala laki-laki Israel.'"
Teks ini menyoroti sebuah titik krusial dalam interaksi antara orang Israel dan penduduk asli Kanaan di Sikhem. Setelah peristiwa yang melibatkan putri Yakub, Dina, para pria kota Sikhem, yang dipimpin oleh Hamor dan putranya Sekhem, mengajukan sebuah tawaran yang tampaknya merupakan upaya untuk membangun kedamaian dan integrasi. Usulan mereka, untuk melakukan sunat pada seluruh kaum pria mereka, didasarkan pada keinginan untuk menyelaraskan diri dengan praktik dan identitas bangsa Israel. Ini bukan sekadar tindakan fisik, melainkan sebuah gestur simbolis yang memiliki arti spiritual dan sosial yang signifikan dalam konteks budaya kuno.
Simbol kesepakatan dan kesatuan.
Dalam tradisi Israel, sunat adalah tanda perjanjian antara Allah dan umat-Nya, seperti yang ditetapkan dalam Kejadian 17. Ini adalah lambang pemisahan diri dari bangsa lain dan pengudusan diri di hadapan Tuhan. Ketika orang Sikhem menawarkan untuk melakukan hal yang sama, mereka secara implisit mengakui otoritas dan keunikan identitas Israel. Tentu saja, motivasi mereka tidak semata-mata spiritual; teks sebelumnya mengindikasikan bahwa Sekhem terpesona oleh Dina dan menginginkannya sebagai istri. Tawaran sunat bisa jadi merupakan upaya untuk memuluskan jalan bagi pernikahan campuran dan integrasi penuh ke dalam masyarakat Israel, sekaligus mendapatkan hak dan perlindungan yang menyertainya.
Ayat ini juga menunjukkan bagaimana sebuah peristiwa pribadi dapat memicu perubahan sosial yang luas. Tindakan yang terjadi antara Sekhem dan Dina tidak hanya berdampak pada keluarga mereka, tetapi juga membuka peluang untuk dialog dan negosiasi antara dua komunitas. Pengajuan usulan sunat ini menunjukkan kesadaran penduduk Sikhem akan pentingnya simbolisme dalam membangun hubungan antarbudaya.
Namun, kisah ini berlanjut dengan peringatan keras. Keinginan untuk bersatu atau berintegrasi dengan cara yang diajukan oleh orang Sikhem tidak diterima dengan cara yang jujur dan tulus. Tindakan balas dendam oleh saudara-saudara Dina dan Harun, yang pada dasarnya memanfaatkan kesepakatan sunat untuk melakukan pembantaian, menunjukkan sisi gelap dari interaksi manusia. Ini mengajarkan bahwa niat baik yang tulus, ditambah dengan tindakan yang berintegritas, sangatlah penting dalam menjalin hubungan. Tawaran sunat, meskipun secara lahiriah tampak sebagai langkah positif, menjadi alat dalam rencana yang penuh tipu daya dan kekerasan.
Oleh karena itu, Kejadian 34:16, meski singkat, menawarkan pelajaran berharga. Ia mengingatkan kita akan kompleksitas interaksi sosial dan budaya, kekuatan simbolisme dalam identitas, dan pentingnya ketulusan serta integritas dalam setiap kesepakatan. Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa sebuah tawaran, sekecil atau sebesar apa pun, harus dinilai dari motivasi di baliknya dan cara pelaksanaannya. Kisah ini mengajarkan kita untuk lebih berhati-hati dalam menjalin hubungan dan memahami implikasi yang lebih dalam dari setiap tindakan, terutama ketika menyangkut identitas, keyakinan, dan penyatuan dua kelompok yang berbeda.