Kejadian 34:24

Maka berkatalah Hamor dan Sekem, anaknya, kepada seluruh penduduk kota mereka: "Orang-orang ini bersahabat dengan kita; biarlah mereka tinggal di negeri ini dan berdagang di sini, sebab lihatlah, negeri ini cukup luas untuk mereka. Kita akan mengawini anak-anak perempuan mereka dan memberikan anak-anak perempuan kita kepada mereka."

Pintu Terbuka untuk Kerjasama dan Perdamaian

Kisah yang tercatat dalam Kejadian pasal 34 menceritakan sebuah peristiwa yang penuh dengan nuansa emosional dan moral. Di tengah-tengah konflik dan kesalahpahaman, kata-kata Hamor dan Sekem yang tercatat dalam ayat 24 menawarkan sebuah perspektif yang berbeda, sebuah jalan keluar yang berpotensi menuju rekonsiliasi dan integrasi. Ayat ini menjadi saksi bisu dari sebuah tawaran perjanjian, sebuah proposal yang lahir dari situasi yang rumit setelah peristiwa tragis yang menimpa Dina, putri Yakub.

Setelah apa yang terjadi pada Dina, yang diilustrasikan sebagai sebuah tindakan pelecehan dan pelanggaran, seluruh keluarga Yakub dilanda amarah. Saudaranya, Simeon dan Lewi, bertindak dengan cara yang sangat brutal, membawa kehancuran bagi kota Sekem. Namun, di tengah badai kemarahan itu, muncul suara yang mencari jalan damai. Hamor, ayah Sekem, dan Sekem sendiri, tampaknya menyadari bahwa kekerasan bukanlah solusi jangka panjang. Mereka melihat bahwa cara terbaik untuk memulihkan hubungan yang rusak dan menghindari permusuhan lebih lanjut adalah melalui cara yang lebih diplomatis dan sosial.

Usulan mereka sangat jelas: menjalin persahabatan dengan bangsa Israel. Hamor dan Sekem mengajak penduduk kota mereka untuk tidak melihat bangsa Israel sebagai musuh, melainkan sebagai tetangga potensial. Mereka mengusulkan agar bangsa Israel diizinkan tinggal di tanah mereka, bahkan berdagang dan mencari nafkah di sana. Penawaran ini menunjukkan adanya pemahaman bahwa tanah itu "cukup luas untuk mereka," sebuah pengakuan atas hak hidup dan ruang gerak bagi pendatang.

Lebih jauh lagi, tawaran tersebut mencapai puncaknya pada gagasan pernikahan antara kedua bangsa. Mereka mengusulkan "Kita akan mengawini anak-anak perempuan mereka dan memberikan anak-anak perempuan kita kepada mereka." Ini adalah sebuah strategi yang kuat untuk mengikat kedua komunitas menjadi satu. Pernikahan lintas budaya dan bangsa dalam konteks kuno sering kali menjadi simbol ikatan yang paling kuat, sebuah cara untuk menyatukan keluarga, mempererat hubungan, dan pada akhirnya, menciptakan sebuah kesatuan yang lebih besar.

Tawaran Hamor dan Sekem ini, meskipun lahir dari situasi yang kelam, menunjukkan keinginan untuk membangun jembatan alih-alih tembok. Mereka menawarkan kemakmuran bersama melalui perdagangan dan persatuan keluarga melalui pernikahan. Ini adalah sebuah visi tentang bagaimana dua kelompok yang berbeda bisa hidup berdampingan, saling menguntungkan, dan akhirnya menjadi satu. Namun, sejarah mencatat bahwa tawaran ini tidak berujung pada perdamaian abadi dalam cara yang damai seperti yang dibayangkan oleh Hamor dan Sekem, melainkan diikuti oleh tindakan tipu daya yang lebih lanjut.

Meski demikian, penting untuk merenungkan niat yang tersirat dalam perkataan mereka. Kejadian 34:24 memberikan kita jendela ke dalam upaya rekonsiliasi yang diusulkan dalam sebuah momen krusial. Ini mengingatkan kita bahwa bahkan setelah konflik yang mendalam, selalu ada ruang untuk dialog, untuk mencari titik temu, dan untuk membangun masa depan yang lebih baik melalui kerjasama dan pemahaman timbal balik.