2 Raja-Raja 12:5 - Nasihat Bijak untuk Negeri

"Dan biarlah para imam bertugas masing-masing di tempatnya, dan biarlah mereka membetulkan kerusakan rumah TUHAN, setiap orang pada bagian yang menjadi tanggung jawabnya."

Renungan Ayub Sebuah pandangan tentang integritas dan tanggung jawab 2R12:5

Ayat dari Kitab 2 Raja-Raja pasal 12 ayat 5 ini mengandung sebuah prinsip yang sangat mendasar dan relevan, tidak hanya bagi komunitas keagamaan pada masanya, tetapi juga bagi setiap organisasi, komunitas, bahkan negara di zaman modern ini. Raja Yoas dari Yehuda, setelah mengalami masa-masa yang penuh gejolak, memberikan sebuah perintah yang tegas kepada para imam: mereka harus memperbaiki segala kerusakan yang terjadi pada Bait TUHAN, dan melakukannya sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Perintah ini adalah cerminan dari kebutuhan akan akuntabilitas, dedikasi, dan pemulihan integritas.

Pada konteks sejarahnya, Bait TUHAN telah mengalami pengabaian dan kerusakan akibat berbagai faktor, termasuk penyembahan berhala dan ketidakpedulian para pemimpin sebelumnya. Kerusakan ini bukan hanya bersifat fisik, tetapi juga spiritual dan moral. Yoas menyadari bahwa untuk memulihkan hubungan umat dengan Tuhan, dan untuk mengembalikan legitimasi serta otoritas keagamaan, Bait Suci harus diperbaiki. Namun, ia tidak hanya memerintahkan perbaikan secara umum, melainkan menekankan pembagian tugas dan tanggung jawab.

Prinsip "setiap orang pada bagian yang menjadi tanggung jawabnya" adalah inti dari efektivitas. Ketika setiap individu memahami perannya dan berkomitmen untuk menjalankannya dengan baik, sebuah pekerjaan besar dapat diselesaikan. Para imam, sebagai penjaga dan pelayan Bait Suci, memiliki tanggung jawab langsung untuk menjaga keutuhan dan fungsinya. Ayat ini mengajarkan kita bahwa dalam setiap upaya kolektif, identifikasi tugas yang jelas dan penugasan yang tepat adalah kunci keberhasilan. Tanpa pembagian tanggung jawab yang jelas, seringkali terjadi kebingungan, tumpang tindih, atau bahkan kelalaian yang berujung pada kegagalan proyek.

Lebih dari sekadar perbaikan fisik, perintah ini juga menyiratkan dorongan untuk pemulihan spiritual. Ketika sebuah institusi, baik itu gereja, sekolah, pemerintahan, atau perusahaan, mengalami "kerusakan" – entah itu dalam hal kepercayaan, efisiensi, moralitas, atau citra publik – upaya pemulihan harus dimulai dari dalam. Pemimpin harus mengidentifikasi area-area yang rusak dan menugaskan orang-orang yang tepat untuk memperbaikinya. Ini membutuhkan keberanian untuk mengakui adanya masalah dan komitmen untuk mengambil tindakan korektif.

Dalam ranah kehidupan modern, ayat ini dapat diinterpretasikan secara luas. Misalnya, dalam sebuah organisasi, "kerusakan" bisa berupa rendahnya produktivitas, budaya kerja yang toksik, atau ketidakpuasan pelanggan. Solusinya bukanlah mengganti seluruh tim, tetapi mengidentifikasi akar masalahnya dan menugaskan para profesional yang kompeten untuk memperbaiki area spesifik yang bermasalah. Dalam konteks yang lebih luas, seperti perbaikan infrastruktur kota atau penanganan masalah lingkungan, prinsip pembagian tanggung jawab dan keahlian adalah sama pentingnya.

Pada akhirnya, pesan dari 2 Raja-Raja 12:5 adalah tentang pentingnya integritas, akuntabilitas, dan kerja sama yang terorganisir. Ketika setiap orang menjalankan tugasnya dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab, segala "kerusakan" dapat diperbaiki, dan sebuah institusi atau komunitas dapat kembali berdiri kokoh dan berfungsi dengan baik. Ini adalah pengingat abadi bahwa pemulihan yang berkelanjutan membutuhkan tindakan nyata, peran yang jelas, dan dedikasi dari setiap individu.