Kejadian 34:5

Dan ketika Yakub mendengar bahwa di sana, di tanah itu, putrinya Dina telah dicemari, ia marah karena anak-anaknya itu ada di ladang bersama ternaknya, dan ia menahan diri sampai mereka pulang.

Kisah dari Kitab Kejadian pasal 34 adalah salah satu narasi yang paling kelam dan penuh pelajaran dalam Alkitab. Ayat kelima, "Dan ketika Yakub mendengar bahwa di sana, di tanah itu, putrinya Dina telah dicemari, ia marah karena anak-anaknya itu ada di ladang bersama ternaknya, dan ia menahan diri sampai mereka pulang," membuka tabir dari konsekuensi tragis yang mengikuti peristiwa pendahuluan.

Dina, putri Yakub dari Lea, melakukan kesalahan fatal ketika ia keluar untuk melihat-lihat para gadis di negeri itu. Keingintahuannya membawanya bertemu dengan Sikhem, putra seorang pemimpin suku Hamor di kota itu. Sikhem terpesona oleh Dina dan pada malam harinya ia menculik dan mencemarinya. Perbuatan ini menimbulkan kemarahan yang mendalam dan menjadi percikan api bagi serangkaian peristiwa yang penuh kekerasan dan balas dendam.

Ayat ini menyoroti reaksi Yakub setelah mendengar kabar buruk ini. Ia tidak segera bertindak. Penulis Kitab Kejadian mencatat bahwa Yakub "menahan diri sampai mereka pulang." Sikap menahan diri ini bisa diartikan sebagai kombinasi dari keterkejutan, kesedihan yang mendalam, dan mungkin juga kehati-hatian strategis. Ia menunggu kedatangan anak-anak lelakinya, yang kemungkinan besar memiliki pengalaman yang lebih langsung di tanah asing tersebut dan yang kemudian akan menjadi aktor utama dalam penyelesaian masalah ini.

Komentar bahwa Yakub marah karena anak-anaknya "ada di ladang bersama ternaknya" menunjukkan tingkat pengabaian dan ketidakpedulian yang dirasakan Yakub terhadap keselamatan keluarganya di tempat asing. Kehadiran anak-anak lelakinya di ladang mungkin membuatnya merasa bahwa mereka tidak berada dalam posisi untuk segera melindungi Dina atau menangani situasi tersebut dengan cepat. Ini adalah momen kritis di mana keamanan dan kehormatan keluarganya terancam secara serius di tanah yang bukan milik mereka.

Peristiwa ini menjadi titik balik yang mengerikan. Kemarahan Yakub, meskipun tertahan, adalah kemarahan seorang ayah yang putrinya telah diperlakukan dengan hina. Perbuatan Sikhem tidak hanya merupakan pelanggaran pribadi tetapi juga penghinaan terhadap seluruh keluarga Yakub dan status mereka sebagai pendatang. Reaksi anak-anak Yakub, terutama Simeon dan Lewi, yang dipicu oleh peristiwa ini, akhirnya akan membawa kehancuran yang dahsyat bagi kota Sikhem.

Kisah ini berfungsi sebagai pengingat tentang bahaya yang mengintai ketika kita tidak waspada, tentang konsekuensi serius dari dosa dan kebejatan, serta tentang dampak emosional dan moral yang dirasakan oleh sebuah keluarga ketika salah satu anggotanya diperlakukan dengan cara yang tidak adil. Sikap Yakub yang menahan diri sebelum bertindak juga bisa menjadi pelajaran tentang pentingnya menunggu waktu yang tepat dan mengumpulkan informasi sebelum mengambil keputusan besar, meskipun dalam konteks ini, penundaan tersebut tidak mampu mencegah bencana yang lebih besar.