Kejadian 34:9 - Kisah Dina dan Perjanjian yang Berdarah

"Dan hendaklah kamu bersaudara; kawinkanlah anak-anak perempuanmu dengan anak-anak lelaki mereka, dan ambilkan anak-anak perempuanmu untuk anak-anak lelakimu."
Persekutuan
Visualisasi simbol persekutuan dan ikatan

Kisah dari Kitab Kejadian pasal 34 menyajikan salah satu episode paling tragis dan kompleks dalam narasi Alkitab. Ayat 9, yang diucapkan oleh Hamor, ayah Sikhem, adalah sebuah proposal diplomatis yang bertujuan untuk mengintegrasikan kedua keluarga dan komunitas mereka. Hamor melihat potensi hubungan yang kuat melalui pernikahan antara anak-anaknya dengan keluarga Yakub, khususnya putrinya, Dina.

Sikhem, putra Hamor, pangeran orang Hewi di Sikhem, telah memperkosa Dina, putri Yakub. Peristiwa ini memicu kemarahan besar di antara putra-putra Yakub, terutama Simeon dan Lewi. Namun, Hamor, yang menyadari keseriusan situasi dan potensi konflik yang lebih besar, mencoba meredakan ketegangan dengan menawarkan penyelesaian. Proposalnya tidak hanya untuk memperbaiki kehormatan keluarganya yang tercoreng akibat tindakan putranya, tetapi juga untuk membangun ikatan yang lebih permanen antara kedua bangsa melalui perjanjian pernikahan.

Dalam pandangan Hamor, pernikahan silang adalah cara untuk menciptakan fondasi yang kuat bagi masa depan bersama. Ia membayangkan sebuah masyarakat yang terintegrasi, di mana perbedaan suku dan budaya dapat diatasi melalui ikatan kekeluargaan. Konsep "bersaudara" yang ia tawarkan melampaui sekadar aliansi politik; ia mengusulkan sebuah kesatuan yang mendalam, di mana pertukaran generasi melalui pernikahan menjadi kunci. Pernyataan ini mencerminkan norma-norma sosial dan politik pada masa itu, di mana pernikahan sering kali menjadi alat strategis untuk membentuk aliansi dan memperluas pengaruh.

Namun, seperti yang sering terjadi dalam kisah-kisah Alkitab, niat yang tampaknya baik ini dibayangi oleh tragedi yang lebih besar. Putra-putra Yakub, yang merasa dihina dan marah atas perlakuan terhadap saudara perempuan mereka, tidak melihat proposal ini sebagai solusi damai. Mereka menggunakan tawaran Hamor sebagai kesempatan untuk melakukan tindakan balas dendam yang mengerikan. Mereka mengajukan syarat bahwa semua pria di kota Sikhem harus disunat sebagai tanda perjanjian, yang kemudian mereka manfaatkan untuk menyerang dan membantai seluruh penduduk pria kota tersebut, termasuk Hamor dan Sikhem, serta membawa Dina dan harta benda mereka.

Kisah ini menjadi peringatan keras tentang konsekuensi dari kebejatan moral, tindakan kekerasan, dan balas dendam yang berlebihan. Meskipun ayat 9 dari Kejadian 34 berupaya menawarkan perdamaian dan integrasi melalui perjanjian yang erat, tindakan selanjutnya justru menenggelamkan harapan tersebut dalam lautan darah dan pengkhianatan. Ini menunjukkan betapa rapuhnya perdamaian dan betapa dalamnya luka yang dapat ditimbulkan oleh tindakan yang salah, bahkan ketika diupayakan solusi yang terkesan membangun.

Pada akhirnya, proposal Hamor, yang terkandung dalam Kejadian 34:9, menjadi ironis. Ia menawarkan jalan menuju persatuan dan persaudaraan, namun justru mengawali babak kekerasan yang merusak hubungan antara keluarga Yakub dan penduduk Sikhem, meninggalkan luka abadi dalam sejarah mereka.