Kejadian 37:20

"Mari, marilah kita jual dia kepada orang Ismael dan janganlah kita membunuh dia, sebab ia adalah saudara kita, darah daging kita." -- Kata mereka, dan mereka mendengarkan perkataan Riben.

YOS Kisahmu

Simbol persaudaraan yang retak dan perjalanan yang tak terduga.

Kisah Yusuf, anak kesayangan Yakub, adalah salah satu narasi paling kaya makna dalam kitab Kejadian. Peristiwa yang terjadi dalam pasal 37 menceritakan tentang kecemburuan saudara-saudaranya yang memuncak, berujung pada pengkhianatan dan nasib yang tak terduga bagi Yusuf. Ayat 20 dari pasal ini, "Mari, marilah kita jual dia kepada orang Ismael dan janganlah kita membunuh dia, sebab ia adalah saudara kita, darah daging kita," merupakan momen krusial yang menandai titik balik dalam cerita ini.

Dalam ayat ini, kita melihat dialog antara para saudara Yusuf. Perasaan iri hati dan kebencian telah begitu menguasai mereka, bahkan hingga mendorong mereka untuk merencanakan kejahatan terhadap adik mereka sendiri. Namun, di tengah rencana keji tersebut, sebuah suara hati, yang mungkin berasal dari Ruben, mencoba menawarkan jalan keluar yang sedikit lebih "manusiawi" – menjual Yusuf alih-alih membunuhnya. Frasa "saudara kita, darah daging kita" yang diucapkan menunjukkan pengakuan akan hubungan darah yang seharusnya menjadi ikatan terkuat, namun ironisnya, justru ikatan inilah yang dikhianati.

Peristiwa ini mengajarkan kita tentang kompleksitas hubungan antar manusia, terutama dalam keluarga. Kecemburuan, ketidakadilan, dan kegagalan komunikasi dapat merusak ikatan yang paling suci sekalipun. Yusuf, dengan mimpinya dan kesayangannya dari Yakub, menjadi sasaran dari rasa tidak aman dan dendam saudara-saudaranya. Pakaian berwarna-warni yang diberikan Yakub kepadanya tidak hanya menjadi simbol status istimewa, tetapi juga percikan api yang menyulut amarah.

Meskipun tindakan menjual Yusuf ke perbudakan adalah perbuatan yang mengerikan, dalam konteks narasi yang lebih luas, ini adalah bagian dari rancangan ilahi yang lebih besar. Allah memiliki rencana-Nya sendiri yang seringkali tidak dapat kita pahami pada saat itu. Perjalanan Yusuf dari sumur dan kemudian ke Mesir akan membawanya melalui banyak cobaan dan kemenangan, yang pada akhirnya akan menyelamatkan keluarganya dari kelaparan.

Ayat Kejadian 37:20 menjadi pengingat penting bahwa bahkan di tengah kegelapan dan pengkhianatan, seringkali ada pilihan, sekecil apapun, yang bisa membedakan antara kematian dan kehidupan, antara kebinasaan total dan kesempatan untuk memperbaiki. Pengakuan akan hubungan kekerabatan, meskipun diabaikan oleh sebagian besar, tetap hadir sebagai bisikan hati. Ini adalah momen yang penuh drama, memperlihatkan sisi gelap kemanusiaan, namun juga membuka pintu bagi perjalanan penebusan dan keadilan.

Kisah Yusuf mengajarkan kita tentang pentingnya memaafkan, tentang kekuatan kesabaran, dan tentang bagaimana Tuhan dapat menggunakan situasi terburuk sekalipun untuk membawa kebaikan yang lebih besar. Pengalaman pahit ini membentuk karakter Yusuf, menjadikannya pribadi yang kuat dan bijaksana, yang kelak akan memimpin Mesir dan menyelamatkan bangsanya.