"Ketika suaminya mendengar perkataan istrinya, yang berkata: 'Kedua budakmu itu telah memperlakukan aku demikian,' bangkitlah amarahnya."
Kisah Yusuf dalam Kitab Kejadian adalah salah satu narasi paling kaya dan penuh pelajaran dalam Alkitab. Salah satu momen krusial dalam perjalanannya terjadi di rumah Potifar, seorang pegawai istana Firaun. Di sana, Yusuf mengalami perlakuan tidak adil yang berujung pada kebohongan dan penipuan oleh istri Potifar. Kejadian 39:19 mencatat sebuah momen puncak dari pengkhianatan ini, ketika istri Potifar melontarkan tuduhan palsu kepada suaminya. Frasa "bangkitlah amarahnya" menggambarkan reaksi Potifar yang terprovokasi oleh cerita istrinya, sebuah cerita yang sepenuhnya diciptakan untuk menutupi dosa dan kebejatan dirinya sendiri.
Tindakan istri Potifar tidak hanya merupakan kebohongan, tetapi juga sebuah taktik licik untuk membalikkan keadaan. Ia merasa terancam oleh penolakan Yusuf terhadap godaannya, dan alih-alih mengakui kesalahannya, ia memilih jalur kejahatan yang lebih dalam. Ia tidak hanya berbohong, tetapi juga menuduh Yusuf sebagai pelaku kejahatan, menjadikan dirinya sebagai korban yang lemah. Kejadian 39:19 adalah bukti konkret dari cara kejahatan dapat bersembunyi di balik fasad ketidakbersalahan, dan bagaimana kebohongan dapat memicu kemarahan dan keputusan yang merusak. Potifar, sebagai kepala rumah tangga dan seorang pejabat, pasti merasa harga dirinya terluka dan kepercayaan keluarganya dikhianati.
Reaksi Potifar yang didorong oleh amarah ini berakibat langsung pada nasib Yusuf. Meskipun Potifar tidak membunuh Yusuf, ia memerintahkan agar Yusuf dimasukkan ke dalam penjara. Inilah awal dari masa-masa sulit Yusuf di balik jeruji besi, sebuah periode yang bisa saja mematahkan semangat siapa pun. Namun, di sinilah letak keajaiban dan kekuasaan Tuhan yang bekerja di balik layar. Peristiwa yang bermula dari kebohongan dan kejahatan seorang wanita, serta amarah suaminya, justru menjadi bagian dari rencana ilahi yang lebih besar. Alih-alih membiarkan dirinya dihancurkan oleh ketidakadilan, Yusuf tetap berpegang teguh pada imannya dan integritasnya.
Kejadian 39:19 mengingatkan kita bahwa kebohongan dan niat jahat tidak akan pernah membawa pada kebaikan yang langgeng. Namun, kisah Yusuf juga mengajarkan bahwa Tuhan dapat menggunakan bahkan situasi terburuk, termasuk kebohongan dan pengkhianatan, untuk membawa pada kebaikan yang lebih besar. Potifar mungkin bangkit amarahnya karena kebohongan istrinya, tetapi Tuhan tidak pernah kehilangan kendali. Penjara yang seharusnya menjadi akhir bagi Yusuf, justru menjadi tempat di mana ia menunjukkan karakter dan kepercayaan dirinya, yang akhirnya membawanya pada posisi penting di Mesir dan menyelamatkan banyak nyawa dari kelaparan. Kisah ini adalah bukti bahwa di tengah kegelapan ketidakadilan, cahaya kebenaran dan rencana Tuhan akan selalu menemukan jalannya.