"Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan menganugerahkan kesetiaan kepadanya dan memberinya kasih di mata semua orang yang memeliharanya."
Kisah Yusuf di dalam Kitab Kejadian merupakan salah satu narasi paling kuat tentang ketekunan, pengampunan, dan campur tangan ilahi. Ayat 39:22 khususnya menyoroti momen penting dalam perjalanan Yusuf. Setelah mengalami berbagai cobaan berat, termasuk dijual sebagai budak oleh saudara-saudaranya dan difitnah oleh istri Potifar, Yusuf menemukan dirinya di penjara. Namun, di tengah kegelapan dan ketidakadilan tersebut, Tuhan tidak pernah meninggalkannya.
Ayat ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah janji yang menghibur. "Tetapi TUHAN menyertai Yusuf." Kata "tetapi" di sini sangat krusial. Ia menunjukkan sebuah pembalikan keadaan yang signifikan. Meskipun dunia di sekitarnya penuh dengan kesulitan dan pengkhianatan, kehadiran Tuhan menjadi sumber kekuatan dan ketenangan yang tak tergoyahkan bagi Yusuf. Kesertaan Tuhan bukanlah jaminan akan kehidupan yang mudah, tetapi jaminan akan dukungan, bimbingan, dan kekuatan yang diperlukan untuk bertahan.
Lebih lanjut, ayat tersebut menyatakan bahwa Tuhan "menganugerahkan kesetiaan kepadanya." Kesetiaan yang dimaksud di sini dapat diartikan dalam dua cara. Pertama, Tuhan memberikan kesetiaan kepada Yusuf, menunjukkan bahwa Dia memegang teguh janji-Nya kepada umat-Nya. Kedua, Tuhan menanamkan karakter kesetiaan dalam diri Yusuf, membantunya tetap setia dalam prinsip-prinsipnya meskipun dalam situasi yang paling menekan. Hal ini membuktikan bahwa ketika kita tetap setia kepada Tuhan, Dia akan memperkuat kesetiaan kita dan memberikan kita integritas moral.
Poin penting lainnya adalah bahwa Tuhan "memberinya kasih di mata semua orang yang memeliharanya." Ini adalah tanda anugerah Tuhan yang luar biasa. Di penjara Mesir, di bawah pengawasan kepala penjara, Yusuf tidak hanya bertahan, tetapi juga mendapatkan rasa hormat dan kasih sayang. Kepala penjara melihat bahwa "TUHAN menyertai dia" (Kejadian 39:23) dan memberikan Yusuf tanggung jawab yang lebih besar. Ini menunjukkan bahwa kesetiaan dan kesalehan yang dibimbing oleh Tuhan sering kali menghasilkan dampak positif yang meluas, memengaruhi orang-orang di sekitar kita dan membuka pintu-pintu yang sebelumnya tertutup.
Kisah Yusuf mengingatkan kita bahwa bahkan di saat-saat tergelap dalam hidup, ketika kita merasa sendirian dan diperlakukan tidak adil, Tuhan tetap bekerja. Dia tidak pernah kehilangan pandangan terhadap kita. Kesulitan yang kita hadapi bisa menjadi wadah pemurnian, membentuk karakter kita menjadi lebih kuat dan lebih saleh. Kepercayaan kepada Tuhan, seperti yang ditunjukkan Yusuf, adalah fondasi yang kokoh untuk menghadapi badai kehidupan. Tuhan berjanji untuk menyertai, menganugerahkan kesetiaan, dan memberikan kasih di mata orang lain, bukan karena kita layak, tetapi karena kasih karunia-Nya yang melimpah.
Mari kita renungkan prinsip-prinsip dari Kejadian 39:22 dalam kehidupan kita. Apakah kita sedang menghadapi cobaan yang berat? Ingatlah bahwa Tuhan menyertai kita. Apakah kita merasa kesulitan untuk tetap setia pada prinsip-prinsip kita? Mintalah Tuhan untuk memperkuat kesetiaan kita. Dan percayalah, ketika kita berusaha hidup dalam kebenaran, Tuhan akan membuka jalan dan memberikan kasih sayang di mana kita membutuhkannya.
Pelajari lebih lanjut tentang Kejadian 39:22.