"Tetapi Yusuf menolak dan berkata kepada istri tuannya itu: "Dengan saya tuan saya tidak usah lagi memikirkan apaapa yang ada di rumah ini, sebab ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku dan ia tidak meminta pertanggungan jawab dari padaku tentang apaapa yang ada padanya, selain dari pada makanan yang telah kamu makan. Lain dari pada itu dengan tubuhku ia tidak meminta pertanggungan jawab."
Ayat Kejadian 39:8 menceritakan momen krusial dalam kehidupan Yusuf, seorang pemuda yang dijual sebagai budak dan kini berada di rumah Potifar, seorang pejabat tinggi Mesir. Di tengah lingkungan yang asing dan penuh godaan, Yusuf dihadapkan pada ujian terberatnya. Istri Potifar, yang tergoda oleh ketampanan dan karakter Yusuf, berulang kali mencoba merayunya.
Namun, ayat ini secara tegas menunjukkan keteguhan pendirian Yusuf. Ia tidak hanya menolak secara pasif, tetapi juga memberikan jawaban yang sangat jelas dan penuh prinsip. Penolakannya bukan hanya karena takut dihukum, tetapi didasari oleh kesadaran akan kepercayaan yang telah diberikan oleh tuannya. Yusuf memahami bahwa melayani tuannya Potifar adalah tanggung jawabnya, dan ia tidak akan mengkhianati kepercayaan itu, apalagi dengan cara yang melanggar moral dan hukum.
Jawaban Yusuf sangatlah cerdas. Ia menegaskan bahwa Potifar telah mempercayakan segalanya kepadanya, "segala miliknya". Ini menunjukkan bahwa Yusuf telah bekerja dengan jujur dan bertanggung jawab, sehingga tuannya tidak perlu khawatir tentang urusan rumah tangga. Satu-satunya hal yang mungkin menjadi urusannya adalah urusan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga Potifar, sesuatu yang langsung berkaitan dengan pengelolaan rumah tangga.
Lebih dari itu, Yusuf menyatakan, "Lain dari pada itu dengan tubuhku ia tidak meminta pertanggungan jawab." Pernyataan ini sangat kuat. Ia menegaskan bahwa urusan pribadi yang intim tidak masuk dalam cakupan tugasnya, dan yang terpenting, Potifar tidak akan pernah mengharapkan atau menuntut hal tersebut. Ini menunjukkan bahwa Yusuf sangat menjunjung tinggi kehormatan dan batasan moral.
Kejadian 39:8 bukan sekadar cerita tentang penolakan terhadap godaan. Ini adalah gambaran nyata dari integritas, kesetiaan, dan kebijaksanaan yang mendalam. Yusuf menunjukkan bahwa bahkan dalam situasi yang paling sulit dan rentan, seseorang dapat memilih untuk tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsipnya. Keteguhannya dalam ayat ini adalah cikal bakal dari bagaimana ia kelak dapat bangkit dari kesulitan dan menjadi pemimpin yang bijaksana di Mesir.
Dalam konteks yang lebih luas, kisah Yusuf mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga kekudusan diri dan ketaatan pada nilai-nilai yang benar, bahkan ketika tidak ada orang lain yang melihat atau ketika tekanan datang dari orang terdekat. Ujian ini adalah batu loncatan bagi Yusuf untuk mengalami pemurnian karakter, yang kelak akan membawanya pada takdir yang lebih besar. Ayat ini mengingatkan kita bahwa iman yang teguh akan selalu menemukan jalannya, bahkan di tengah kegelapan.