Simbol menggambarkan masa kelimpahan dan kekeringan
Lalu Yusuf berkata kepada Firaun: "Mimpi Firaun itu satu; Allah telah memberitahukan kepada Firaun apa yang akan dilakukannya.
Kisah Yusuf dalam Kitab Kejadian merupakan salah satu narasi paling menakjubkan dalam Alkitab. Bab 41 mencatat momen krusial ketika Yusuf, setelah bertahun-tahun dipenjara karena fitnah, dipanggil untuk menafsirkan mimpi Firaun yang membingungkan. Mimpi Firaun, yang terdiri dari dua bagian namun memiliki benang merah yang sama, menjadi kunci untuk memahami takdir Mesir di masa depan. Ayat 25, diucapkan oleh Yusuf, menekankan satu hal penting: bahwa kedua mimpi itu sebenarnya adalah satu pesan ilahi yang disampaikan Allah kepada Firaun.
Firaun bermimpi melihat tujuh sapi gemuk keluar dari Sungai Nil, diikuti oleh tujuh sapi kurus yang memakannya. Dalam mimpi kedua, ia melihat tujuh bulir gandum yang penuh dan baik tumbuh pada satu tangkai, lalu tujuh bulir gandum yang kurus dan kering tertiup angin timur. Keanehan dan kegelisahan Firaun atas mimpi-mimpinya mendorongnya untuk mencari penafsiran. Para ahli dan orang bijak di Mesir tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan, hingga akhirnya Yusuf, yang mendengar tentang mimpi tersebut, dipersembahkan di hadapan raja.
Ucapan Yusuf, "Mimpi Firaun itu satu," adalah penegasan bahwa Allah bekerja melalui berbagai cara untuk menyatakan kehendak-Nya. Pengulangan dalam mimpi tersebut bukanlah kebetulan, melainkan penekanan dari pesan yang sama. Tujuh sapi gemuk dan tujuh bulir gandum yang penuh melambangkan masa kelimpahan, sementara tujuh sapi kurus dan tujuh bulir gandum yang kering melambangkan masa kelaparan yang akan datang. Pesan ini sangatlah gamblang: Mesir akan mengalami tujuh tahun kelimpahan yang luar biasa, diikuti oleh tujuh tahun kekeringan dan kelaparan yang dahsyat.
Makna mendalam dari ayat ini terletak pada pengenalan Yusuf akan kedaulatan Allah. Ia tidak mengklaim memiliki kebijaksanaan atau kemampuan supranaturalnya sendiri, melainkan dengan rendah hati mengakui bahwa Allah yang memberikan pengertian dan penafsiran. Ini menunjukkan kualitas kepemimpinan dan spiritualitas Yusuf yang telah terbentuk melalui berbagai cobaan. Ia siap untuk melayani dan memberikan solusi, bukan untuk memuliakan diri sendiri.
Lebih jauh lagi, penafsiran Yusuf tidak hanya memberikan pemahaman tentang masa depan, tetapi juga sebuah strategi untuk menghadapinya. Berdasarkan penafsirannya, Yusuf menyarankan Firaun untuk mengumpulkan seperlima dari hasil panen selama tujuh tahun kelimpahan dan menyimpannya di kota-kota. Dengan demikian, Mesir akan siap menghadapi tujuh tahun kelaparan yang akan datang, mencegah bencana yang lebih besar dan memastikan kelangsungan hidup rakyatnya. Ini adalah contoh nyata bagaimana wahyu ilahi dapat diterjemahkan menjadi tindakan praktis dan manajemen yang bijak.
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya mendengarkan dan menafsirkan tanda-tanda kehidupan, baik yang datang melalui mimpi, pengalaman, maupun firman Tuhan. Ia juga mengingatkan kita bahwa Allah dapat menggunakan orang-orang yang tampaknya tidak berdaya, seperti narapidana, untuk melaksanakan rencana-Nya yang besar. Kejadian 41:25 adalah pengingat bahwa Allah memiliki kendali atas seluruh alam semesta dan sejarah manusia, dan Dia sering kali menyampaikan pesan-Nya untuk membimbing dan melindungi umat-Nya. Pemahaman yang benar terhadap pesan ilahi dapat membawa kita dari kebingungan menuju kebijaksanaan dan keselamatan.