Kejadian 41 & 43: Kebaikan Tuhan Di Tengah Krisis

"Demikianlah TUHAN telah melakukan hal ini kepada Yusuf... dan ia menjadikan aku tuan atas seluruh tanah Mesir." (Kejadian 41:43)
Shalom
Simbol harmoni dan kelimpahan

Kisah Yusuf: Dari Sumur Ke Istana

Kitab Kejadian pasal 41 dan 43 mengisahkan perjalanan luar biasa Yusuf, yang penuh dengan liku-liku, pengkhianatan, penderitaan, namun pada akhirnya dipenuhi dengan pemeliharaan dan kebaikan Tuhan yang luar biasa. Kisah ini dimulai ketika Firaun, raja Mesir, mengalami mimpi yang sangat mengganggu yang tidak dapat diartikan oleh siapa pun di istananya. Firaun bermimpi melihat tujuh sapi gemuk keluar dari sungai Nil, diikuti oleh tujuh sapi kurus yang memakan sapi gemuk tersebut. Mimpi kedua menggambarkan tujuh bulir gandum yang subur dan penuh tumbuh di satu batang, lalu tujuh bulir gandum yang kering dan kerontang bertiup angin timur.

Yusuf, yang saat itu masih berada dalam penjara karena fitnah, dipanggil untuk menafsirkan mimpi tersebut. Dengan pertolongan Tuhan, Yusuf menjelaskan bahwa mimpi itu menandakan tujuh tahun kelimpahan yang akan datang di Mesir, diikuti oleh tujuh tahun kekeringan yang dahsyat. Yusuf tidak hanya menafsirkan mimpi itu, tetapi juga memberikan nasihat bijak kepada Firaun: mengumpulkan sebagian dari hasil panen selama tujuh tahun kelimpahan untuk disimpan, agar Mesir memiliki persediaan makanan saat masa kelaparan melanda.

Kebijaksanaan dan Promosi yang Tak Terduga

Firaun dan para pegawainya mengakui hikmat yang diberikan Tuhan kepada Yusuf. Firaun kemudian mengangkat Yusuf, seorang budak yang pernah dijual oleh saudara-saudaranya, menjadi orang kedua yang berkuasa di seluruh Mesir, hanya di bawah Firaun sendiri. Ini adalah puncak dari perjalanan panjang penderitaan Yusuf, dari dibuang ke dalam sumur, dijual sebagai budak, difitnah, dan dipenjara. Tuhan bekerja melalui semua itu untuk membawa Yusuf ke posisi yang strategis.

Selama tujuh tahun kelimpahan, Yusuf dengan tekun menjalankan tugasnya. Ia mengumpulkan gandum dalam jumlah yang sangat besar, seperti pasir di laut, hingga tidak mungkin menghitungnya. Segala sesuatu yang Tuhan janjikan melalui mimpi itu mulai terwujud. Mesir dipersiapkan dengan matang untuk menghadapi badai yang akan datang.

Ujian Iman Keluarga Yakub

Tujuh tahun kelimpahan pun berakhir, dan musim kekeringan yang hebat melanda Mesir dan negeri-negeri sekitarnya, termasuk Kanaan tempat keluarga Yakub tinggal. Kelaparan semakin parah, dan anak-anak Yakub, termasuk Benyamin, harus pergi ke Mesir untuk membeli gandum agar mereka tidak mati kelaparan. Inilah momen yang diuraikan dalam Kejadian pasal 43.

Setibanya di Mesir, mereka dihadapkan pada Yusuf, penguasa tanah itu, tetapi mereka tidak mengenalinya karena penampilan dan statusnya yang berubah drastis. Yusuf, yang mengingat masa lalunya, memutuskan untuk menguji saudara-saudaranya. Ia menuduh mereka sebagai mata-mata dan memerintahkan agar salah satu dari mereka ditahan sampai yang lain membawa Benyamin kembali.

Pemulihan dan Pengampunan

Dalam tekanan dan keputusasaan, saudara-saudara Yusuf mulai menyadari dosa mereka terhadap Yusuf di masa lalu. Mereka berbicara satu sama lain tentang apa yang telah mereka lakukan. Perasaan bersalah dan penyesalan mulai muncul. Di sini, kita melihat bagaimana kesulitan dapat membawa seseorang untuk merefleksikan kesalahan masa lalu. Ayub berkata dalam Kejadian 42:21, "Sesungguhnya, kami sudah bersalah terhadap adik kami itu: Kami melihat kesusahannya waktu ia berseru-seru kepada kami, tetapi kami tidak mendengarkan. Itulah sebabnya kesusahan ini menimpa kami."

Yusuf terus menguji mereka. Ia mengatur agar uang mereka dikembalikan ke karung gandum mereka, dan bahkan memasukkan piala peraknya ke dalam karung Benyamin. Ketika piala itu ditemukan, situasi menjadi sangat genting. Yehuda, yang pernah mengusulkan untuk menjual Yusuf, kini tampil maju dan memohon agar ia yang ditahan sebagai ganti Benyamin, menunjukkan perubahan karakter yang signifikan. Kisah ini tidak hanya tentang pemeliharaan Tuhan dalam menyediakan makanan, tetapi juga tentang pemulihan hubungan keluarga, pengampunan, dan bagaimana kebaikan Tuhan bekerja melalui bahkan situasi yang paling sulit untuk mencapai tujuan-Nya yang lebih besar.