Kisah Yusuf, yang dijual oleh saudara-saudaranya sendiri ke perbudakan, merupakan salah satu narasi paling dramatis dan penuh pelajaran dalam Kitab Kejadian. Setelah melalui berbagai penderitaan, pengkhianatan, dan masa-masa sulit dalam penjara, Allah secara luar biasa mengangkat Yusuf menjadi orang kedua yang paling berkuasa di Mesir. Kepandaian dan kearifan yang diberikan Allah kepadanya menyelamatkan Mesir dari kelaparan dahsyat yang melanda Kanaan, tanah kelahirannya.
Ketika saudara-saudaranya datang ke Mesir untuk mencari makanan, mereka tidak mengenali Yusuf. Namun, Yusuf mengenali mereka. Periode ujian ini menjadi momen penting bagi pengampunan dan pemulihan. Yusuf, dengan kebijaksanaan ilahi, akhirnya mengungkapkan jati dirinya kepada saudara-saudaranya. Reaksi mereka campur aduk antara ketakutan dan penyesalan yang mendalam. Namun, Yusuf tidak membalas dengan dendam. Sebaliknya, ia menunjukkan belas kasih dan cinta yang melampaui segala kesalahpahaman masa lalu.
Ayat Kejadian 45:17 mencatat perintah yang diberikan oleh Firaun, raja Mesir, melalui Yusuf. Perintah ini bukanlah sekadar perintah administratif, melainkan sebuah wujud berkat dan kemurahan hati yang luar biasa. Firaun memerintahkan agar saudara-saudara Yusuf diperlengkapi dengan segala kebutuhan untuk kembali ke Kanaan. Mereka diminta untuk membawa ayah mereka, Yakub, beserta seluruh keluarga besar mereka untuk menetap di Mesir.
Lebih dari itu, Firaun menjanjikan "yang terbaik dari tanah Mesir" bagi mereka. Ini berarti bahwa mereka akan diberikan tanah yang subur, berlimpah makanan, dan kehidupan yang makmur. Mereka akan "memakan lemak dari negeri ini," sebuah ungkapan dalam bahasa Ibrani yang berarti menikmati hasil bumi yang paling baik dan berlimpah.
Kejadian 45:17, dalam konteks kisah Yusuf yang lebih luas, mengajarkan beberapa kebenaran penting. Pertama, ia menunjukkan kuasa pemulihan ilahi. Perbuatan buruk saudara-saudara Yusuf yang berujung pada penderitaan bertahun-tahun, ternyata diubah oleh Allah menjadi sarana untuk keselamatan dan kemakmuran seluruh keluarga Yakub. Allah sanggup memutarbalikkan situasi yang paling gelap sekalipun menjadi sumber berkat.
Kedua, ayat ini menyoroti pentingnya pengampunan dan belas kasih. Yusuf, yang memiliki kuasa untuk menghukum, memilih untuk mengampuni dan memulihkan hubungan. Ini adalah cerminan dari kasih Allah yang tak terbatas. Kisah ini menginspirasi kita untuk melepaskan dendam dan membuka hati bagi rekonsiliasi, terutama dalam hubungan keluarga.
Ketiga, perintah Firaun yang didorong oleh Yusuf adalah gambaran nyata dari berkat Allah yang melimpah. Ketika kita menempatkan kepercayaan kita kepada-Nya, Dia tidak hanya akan memenuhi kebutuhan kita, tetapi juga memberikan kelimpahan yang melebihi ekspektasi kita. Tanah Mesir menjadi simbol janji pemeliharaan dan keberlimpahan yang disediakan oleh Tuhan bagi umat-Nya, bahkan ketika mereka berada jauh dari tanah perjanjian.
Kisah ini terus mengingatkan kita bahwa rencana Allah seringkali melampaui pemahaman manusia, dan di balik setiap kesulitan mungkin tersimpan sebuah tujuan ilahi yang mulia. Kejadian 45:17 bukan hanya tentang perintah raja Mesir, tetapi tentang bagaimana Allah bekerja untuk menggenapi janji-Nya, membawa pemulihan, dan memberikan berkat yang tak ternilai.