"Pergilah dengan segera kepadaku kepada saudaraku Yusuf, dan katakanlah kepadanya: Beginilah perintah kakakmu Yusuf: Allah telah menjadikan aku tuan atas seluruh Mesir; sebab itu datanglah kepadaku, janganlah menunda-nunda."
Kejadian 45:9 menandai momen krusial dalam narasi Yusuf di kitab Kejadian. Setelah bertahun-tahun mengalami penolakan dari saudara-saudaranya, diperbudak, dan dipenjara, Yusuf kini memegang kekuasaan tertinggi di Mesir. Keadaan yang dulu begitu kelam kini berbalik drastis, menjadikannya penolong bagi banyak orang, termasuk keluarganya sendiri yang datang mencari makan di negeri asing akibat kelaparan yang melanda Kanaan.
Ayat ini diucapkan Yusuf dalam sebuah adegan dramatis ketika ia akhirnya mengungkapkan identitas aslinya kepada saudara-saudaranya yang tidak mengenalinya. Mereka datang berulang kali ke Mesir untuk membeli gandum, dan setiap kali mereka berinteraksi dengan penguasa Mesir yang bijaksana itu, mereka sama sekali tidak menyadari bahwa orang yang mereka hadapi adalah saudara kandung mereka yang pernah mereka jual sebagai budak. Ketegangan emosional memuncak ketika Yusuf, yang telah menguji mereka, akhirnya tidak dapat menahan perasaannya lagi.
Dengan emosi yang meluap, Yusuf menyuruh semua orang keluar agar ia dapat berbicara secara pribadi dengan saudara-saudaranya. Setelah mengungkapkan identitasnya, ia mengulangi perkataannya dalam Kejadian 45:9, sebuah perintah yang tegas namun juga penuh kasih. "Pergilah dengan segera kepadaku kepada saudaraku Yusuf, dan katakanlah kepadanya: Beginilah perintah kakakmu Yusuf..." Ini bukan sekadar perintah, tetapi sebuah undangan. Ia mengundang mereka untuk datang kepadanya, untuk tidak menunda-nunda. Ini menunjukkan kerinduan Yusuf untuk menyatukan kembali keluarganya dan memperbaiki hubungan yang telah lama retak.
Frasa "Allah telah menjadikan aku tuan atas seluruh Mesir" adalah pengakuan ilahi yang penting. Yusuf tidak melihat pencapaiannya sebagai hasil usahanya semata, melainkan sebagai penyelenggaraan Allah. Ia menyadari bahwa segala penderitaan dan kesulitan yang ia alami sebenarnya adalah bagian dari rencana besar Allah untuk menyelamatkan keluarganya dari kelaparan dan membawa mereka ke tempat yang lebih baik. Pengakuan ini menegaskan kepercayaan Yusuf kepada Tuhan, bahkan di tengah situasi yang paling sulit sekalipun. Ia memahami bahwa takdirnya telah ditentukan oleh kekuatan yang lebih tinggi.
Perintah "datanglah kepadaku, janganlah menunda-nunda" mencerminkan urgensi Yusuf untuk segera menyelesaikan kesalahpahaman dan rekonsiliasi. Ia ingin agar keluarganya tidak lagi hidup dalam ketakutan atau ketidakpastian. Dengan mereka berada di dekatnya, ia dapat menjamin keselamatan dan kesejahteraan mereka di Mesir. Ini adalah langkah proaktif untuk membangun kembali kepercayaan dan memulihkan ikatan kekeluargaan yang telah lama terputus. Yusuf, yang pernah menjadi korban pengkhianatan, kini menjadi pribadi yang memaafkan dan merangkul.
Kisah Yusuf, sebagaimana terlukis dalam Kejadian 45:9, adalah pengingat yang kuat tentang kekuatan pengampunan, penyelenggaraan ilahi, dan pemulihan. Melalui penderitaan yang luar biasa, Yusuf tidak menjadi pahit, melainkan tumbuh menjadi pribadi yang bijaksana dan penuh kasih, yang mampu melihat gambaran yang lebih besar dan mengarahkan seluruh pengalamannya untuk kebaikan keluarganya.