Kisah Yakub di Mesir, sebagaimana dicatat dalam Kitab Kejadian pasal 47, merupakan sebuah babak penting dalam narasi umat pilihan. Setelah bertahun-tahun terpisah oleh tragedi dan kemudian dipertemukan kembali melalui perantaraan Yusuf, Yakub akhirnya diperkenankan untuk tinggal di negeri Mesir yang makmur. Ayub 47 ayat 10 menutup bagian pertemuan ini dengan sebuah tindakan yang penuh makna: Yakub memberkati Firaun.
Dalam konteks dunia kuno, berkat adalah sesuatu yang sangat berharga, sebuah ungkapan yang membawa kuasa ilahi untuk kemakmuran, kesehatan, dan keberuntungan. Tindakan Yakub memberkati Firaun bukanlah sekadar formalitas atau ungkapan terima kasih biasa. Ini adalah pengakuan atas otoritas Firaun, tetapi lebih dari itu, ini adalah manifestasi dari iman Yakub yang memandang Tuhan sebagai sumber segala berkat. Meskipun Yakub sendiri adalah seorang asing di tanah Mesir, yang usianya sudah lanjut dan penuh dengan penderitaan bertahun-tahun, ia membawa serta berkat dari Tuhan ke mana pun ia pergi.
Ayat ini menyoroti posisi unik Yakub. Di satu sisi, ia adalah seorang yang tua, telah merasakan kehilangan yang mendalam, dan kini hidup di bawah kekuasaan seorang penguasa Mesir. Ia tidak memiliki kekuasaan politik atau militer. Namun, ia memiliki sesuatu yang jauh lebih bernilai: hubungan yang mendalam dengan Tuhan dan karunia untuk menyalurkan berkat ilahi. Firaun, sang penguasa Mesir yang dianggap sebagai dewa, justru menerima berkat dari seorang hamba Tuhan. Ini adalah demonstrasi yang jelas bahwa otoritas tertinggi datang dari Yang Maha Kuasa, bukan dari tahta duniawi.
Kisah ini mengajarkan kita tentang kekuatan berkat. Dalam kehidupan kita, seringkali kita merasa berhadapan dengan keterbatasan, baik itu usia, kondisi ekonomi, atau situasi sosial. Namun, seperti Yakub, kita dipanggil untuk menjadi saluran berkat Tuhan. Berkat bukan hanya tentang hal-hal materi, tetapi juga tentang kehadiran Tuhan, damai sejahtera, dan harapan yang menguatkan. Memberkati orang lain, baik melalui perkataan maupun perbuatan, adalah cara kita mencerminkan kasih Tuhan di dunia.
Fakta bahwa Yakub memberkati Firaun sebelum ia meninggalkan hadapannya juga menunjukkan rasa hormat dan kesadaran akan perannya. Ia telah diberikan tanah yang subur dan perlindungan oleh Firaun, dan ia membalasnya dengan berkat spiritual yang paling murni. Ini adalah sebuah pelajaran tentang integritas dan kesadaran akan sumber kebaikan. Kita diingatkan bahwa setiap kebaikan yang kita terima pada akhirnya bersumber dari Tuhan, dan cara terbaik untuk membalasnya adalah dengan menyalurkan kebaikan itu lebih jauh, terutama melalui berkat dan doa bagi sesama.
Kejadian 47:10 adalah pengingat bahwa meskipun kita mungkin merasa kecil atau tidak berdaya di hadapan situasi yang besar, iman yang teguh dapat membuat kita menjadi agen perubahan yang membawa berkat. Tindakan sederhana Yakub ini resonan sepanjang sejarah, mengajarkan bahwa bahkan dalam keterbatasan duniawi, berkat ilahi dapat mengalir melalui hamba-Nya, membawa harapan dan pemulihan.