"Dan mereka menyembah Firaun, lalu Firaun bertitah kepada mereka: "Di tanah manakah kamu hendak diam? Jika ada di antara kamu yang cakap, hendaklah mereka engkau jadikan pengurus atas hartaku."
Kejadian 47:4 adalah sebuah ayat yang penting dan kaya makna, tersembunyi di tengah kisah perjalanan bangsa Israel yang dramatis. Ayat ini muncul pada saat Yakub dan seluruh keluarganya, atas undangan Yusuf yang telah menjadi penguasa di Mesir, akhirnya tiba di negeri Mesir. Setelah bertahun-tahun dilanda kelaparan hebat di tanah Kanaan, kedatangan mereka ke Mesir menjadi momen keselamatan dan permulaan dari babak baru dalam sejarah mereka.
Dalam ayat ini, kita melihat interaksi langsung antara bangsa Israel dan Firaun, raja Mesir. Setelah mereka diperkenalkan oleh Yusuf, Firaun memberikan kesempatan kepada bangsa Israel untuk menetap di Mesir. Lebih dari sekadar memberikan perlindungan, Firaun bahkan menawarkan peran kepada mereka, terutama kepada kepala keluarga atau mereka yang dianggap cakap, untuk mengelola aset-aset Firaun. Ini menunjukkan sebuah sikap yang mulia dari Firaun, yang menyadari nilai dan potensi bangsa yang baru datang ini. Firaun tidak hanya melihat mereka sebagai pengungsi, tetapi juga sebagai potensi tenaga kerja dan pengelola yang baik.
Kata kunci dalam ayat ini adalah "menyembah Firaun" dan "cakap." Tindakan menyembah Firaun di sini mencerminkan kebiasaan dan struktur sosial Mesir kuno, di mana raja dianggap memiliki kedudukan ilahi. Bagi bangsa Israel, ini mungkin merupakan praktik asing, namun mereka melakukannya demi keselamatan dan demi menerima tawaran Firaun. Frasa "jika ada di antara kamu yang cakap" menunjukkan bahwa Firaun mencari individu yang memiliki kemampuan dan kepemimpinan. Ini bisa diartikan sebagai pengakuan atas kualitas yang dimiliki oleh keturunan Yakub, yang telah terbukti dalam pengelolaan urusan mereka di Kanaan, meskipun dalam keadaan sulit.
Kisah ini menjadi sangat menarik ketika kita mengaitkannya dengan perjalanan iman. Datangnya bangsa Israel ke Mesir, yang awalnya tampak seperti sebuah pelarian dari malapetaka, ternyata adalah bagian dari rencana ilahi yang lebih besar. Di Mesir, mereka akan berkembang menjadi bangsa yang besar, meskipun kemudian mengalami perbudakan. Namun, justru di bawah tekanan dan kesulitan itulah iman mereka ditempa dan identitas mereka sebagai umat pilihan Tuhan semakin kuat. Kejadian 47:4 menjadi titik awal dari periode panjang di Mesir yang akan membentuk masa depan bangsa Israel.
Bagi kita saat ini, ayat ini mengajarkan beberapa hal. Pertama, pentingnya kerendahan hati dan kemampuan untuk beradaptasi dalam situasi baru. Bangsa Israel, meskipun mereka adalah umat pilihan Tuhan, harus tunduk pada otoritas setempat demi kelangsungan hidup mereka. Kedua, ayat ini mengingatkan kita bahwa bahkan dalam situasi yang tampak sulit atau asing, selalu ada potensi untuk pertumbuhan dan kontribusi yang positif. Keahlian dan kemampuan kita selalu bernilai. Terakhir, kisah ini menegaskan bahwa Tuhan seringkali bekerja melalui cara-cara yang tak terduga untuk memelihara dan memimpin umat-Nya, bahkan ketika kita merasa sedang berada di lembah yang paling gelap.