Kejadian 48:4 merupakan sebuah ayat penting yang menceritakan momen spiritual yang mendalam bagi Yakub. Dalam ayat ini, Yakub mengenang kembali sebuah pengalaman ilahi yang signifikan. Ia menegaskan bahwa "Allah Yang Mahakuasa telah menampakkan diri kepadaku di Luz, di tanah Kanaan, dan di sanalah Ia memberkati aku." Pengakuan ini bukan sekadar ungkapan syukur, melainkan fondasi dari berkat yang akan ia limpahkan kepada cucu-cucunya, Efraim dan Manasye.
Luz, yang kemudian dikenal sebagai Betel, adalah tempat di mana Yakub pertama kali mengalami pertemuan langsung dengan Tuhan. Peristiwa ini terjadi saat ia sedang dalam pelarian dari Esau. Di sanalah Tuhan menampakkan diri kepadanya dalam mimpi, berjanji untuk melindunginya, mengembalikannya ke tanah kelahirannya, dan menjadikan keturunannya sebagai bangsa yang besar. Penampakan yang Yakub sebutkan dalam Kejadian 48:4 adalah pengingat akan janji-janji ilahi tersebut dan konfirmasi bahwa Tuhan setia pada firman-Nya. Pengalaman ini sangat membentuk identitas spiritual Yakub dan memperkuat imannya.
Konteks Kejadian 48 adalah saat Yakub berada di Mesir, pada akhir hidupnya. Ia memanggil kedua cucunya, Efraim dan Manasye, yang merupakan anak-anak Yusuf. Yakub berencana untuk memberikan berkat warisan kepada mereka, seperti halnya ia akan memberikan kepada anak-anaknya sendiri. Namun, dalam prosesnya, Yakub melakukan sesuatu yang tak terduga. Ia menyilangkan tangannya sehingga tangan kanannya yang lebih tua diletakkan di atas kepala Manasye (anak sulung), dan tangan kirinya di atas kepala Efraim (yang lebih muda). Ini merupakan tindakan simbolis yang menunjukkan bahwa Efraim, yang lebih muda, akan menjadi lebih besar daripada Manasye. Hal ini sesuai dengan kehendak Allah yang seringkali memilih yang lebih muda atau yang tampaknya lemah untuk menyatakan kemuliaan-Nya.
Ayat ini juga menegaskan sifat kemurahan dan kedaulatan Allah. Meskipun Yakub secara alami akan memberkati anak sulung dengan berkat yang lebih besar, Allah bekerja melalui Yakub untuk menunjukkan bahwa urutan manusiawi tidak selalu menjadi penentu rencana ilahi. Allah memiliki hak untuk memilih dan mengangkat siapa saja sesuai dengan tujuan-Nya yang mulia. Berkat yang diberikan Yakub kepada Efraim dan Manasye kemudian menjadi dasar bagi kedua keturunan ini untuk menjadi suku-suku penting dalam bangsa Israel. Kisah ini mengajarkan bahwa berkat Allah seringkali melampaui pemahaman dan harapan manusia, serta menekankan pentingnya mengenali dan menghargai setiap penampakan dan janji Tuhan dalam hidup kita.
Kejadian 48:4 mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu hadir dan aktif dalam kehidupan umat-Nya. Seperti Yakub, kita pun memiliki momen-momen di mana Tuhan menampakkan diri, baik secara langsung maupun melalui firman-Nya, memberikan kepastian dan berkat. Mengingat kembali momen-momen ini dapat memperkuat iman kita, terutama di saat-saat sulit. Selain itu, kisah Yakub yang memberkati cucu-cucunya menjadi pengingat bahwa berkat Tuhan tidak terbatas dan dapat diberikan secara tak terduga. Penting bagi kita untuk tetap membuka hati dan pikiran terhadap cara kerja Tuhan yang seringkali di luar logika kita, sehingga kita dapat menerima dan meneruskan berkat-Nya kepada generasi mendatang.
Ilustrasi yang menggambarkan Yakub, dengan mata yang sudah rabun, menempatkan tangannya untuk memberkati Efraim dan Manasye.