"Lalu Nuh menyuruh seekor merpati keluar dari bahtera itu.
Setelah burung itu terbang berputar-putar, dan air di muka bumi belum surut,
ia kembali masuk ke dalam bahtera itu."
Perikop mengenai Kejadian 8:8 merupakan salah satu momen krusial dalam kisah Nuh dan Air Bah. Setelah berbulan-bulan terombang-ambing di atas bahtera raksasa, Nuh dan keluarganya, bersama dengan sepasang dari setiap jenis hewan, menunggu tanda pertama bahwa kehidupan di luar telah kembali normal. Keputusan untuk melepaskan seekor merpati bukanlah tindakan acak, melainkan sebuah strategi yang penuh harapan dan doa. Merpati, dalam banyak budaya, sering kali diasosiasikan dengan kedamaian, kesetiaan, dan pembawa kabar baik.
Burung merpati, simbol harapan dan kedamaian.
Ayat 8 dan 9 menceritakan langkah awal Nuh dalam mencari tahu kondisi bumi pasca-bah. Merpati dilepaskan. Ketika merpati itu kembali tanpa menemukan tempat untuk hinggap, Nuh tahu bahwa air masih menggenangi seluruh permukaan bumi. Ini adalah sebuah penundaan yang menyakitkan, tetapi juga merupakan informasi yang berharga. Nuh tidak putus asa; ia menarik kembali merpati itu ke dalam bahtera. Sikap Nuh ini mengajarkan kita tentang pentingnya kesabaran dan terus mencoba. Kadang-kadang, jawaban yang kita cari tidak datang dalam sekali percobaan.
Tidak lama kemudian, Nuh kembali melepaskan merpati tersebut. Kali ini, ketika merpati itu kembali pada petang hari, ia membawa daun zaitun muda di paruhnya. Kejadian 8:11 mencatat, "Jadi Nuh mengetahui, bahwa air di muka bumi telah surut." Perubahan kecil ini sangat berarti. Daun zaitun adalah bukti nyata bahwa kehidupan mulai bertunas kembali. Kehadiran daun zaitun menandakan bahwa pohon-pohon mulai tumbuh lagi di daratan yang sebelumnya terendam banjir dahsyat.
Kisah ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan juga sarat makna teologis. Kejadian 8:8 menjadi pengingat akan keteguhan iman Nuh dan keluarganya di tengah keputusasaan. Ini adalah gambaran tentang proses pencarian dan penantian. Bumi yang tadinya hancur lebur oleh murka Tuhan mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Pemulihan ini dimulai dari hal-hal terkecil, seperti tunas daun zaitun yang dibawa oleh seekor merpati.
Bagi kita saat ini, ayat ini mengajarkan bahwa setelah badai pasti ada pelangi, atau dalam konteks ini, setelah air bah, pasti ada kehidupan baru. Kejadian 8:8 menginspirasi kita untuk terus berjuang, mencari solusi, dan tidak menyerah meskipun menghadapi tantangan yang berat. Kepercayaan Nuh pada arah dan waktu Tuhan terbayar. Ia terus mengamati, terus berdoa, dan terus bertindak, sampai akhirnya ia melihat tanda-tanda kehidupan yang sesungguhnya. Merpati, simbol kedamaian, akhirnya menemukan tempat untuk mendarat dan membawa kabar bahwa dunia baru telah tiba.