Keluaran 10 3

"Baiklah kamu datang kepada Firaun. Sebab Aku telah mengeraskan hatinya dan hati pegawai-pegawainya, supaya Aku menunjukkan tanda-tanda ajaib-Ku ini di antara mereka,"

Ayat Keluaran 10:3 dari Kitab Suci memberikan sebuah pandangan yang mendalam tentang interaksi ilahi dengan kehendak manusia. Ayat ini muncul dalam konteks kisah Keluaran, di mana bangsa Israel, yang diperbudak di Mesir, berjuang untuk mendapatkan kebebasan mereka. Firaun, sang penguasa Mesir, berulang kali menolak untuk melepaskan umat Allah, bahkan setelah serangkaian tulah dahsyat yang menimpa negerinya. Dalam ayat ini, Tuhan menyatakan kepada Musa dan Harun bahwa Dia telah mengeraskan hati Firaun dan para pegawainya.

Pernyataan bahwa Tuhan mengeraskan hati Firaun seringkali menimbulkan pertanyaan teologis yang kompleks. Bagaimana mungkin Tuhan yang adil dan penuh kasih dapat mengeraskan hati seseorang, yang pada dasarnya adalah tindakan menghalangi pilihan bebas? Penting untuk memahami bahwa "mengeraskan hati" dalam konteks alkitabiah dapat memiliki beberapa makna. Pertama, bisa merujuk pada pengerasan hati yang terjadi secara alami akibat penolakan berulang kali terhadap kebenaran atau panggilan ilahi. Firaun, karena kesombongan dan kekeras kepala, telah membangun benteng di dalam dirinya yang membuatnya semakin sulit untuk tunduk. Tuhan, dalam kebijaksanaan-Nya yang tak terbatas, membiarkan proses pengerasan hati itu terjadi, bahkan mungkin membiarkannya berkembang, sebagai sarana untuk mencapai tujuan-Nya yang lebih besar.

Kedua, "mengeraskan hati" bisa diartikan sebagai Tuhan yang mengizinkan atau bahkan menggunakan konsekuensi dari pilihan Firaun yang keras kepala untuk tujuan-Nya. Ini bukan berarti Tuhan memanipulasi Firaun secara paksa, melainkan bahwa situasi yang diciptakan oleh penolakan Firaun secara inheren akan mengarah pada situasi yang lebih ekstrem, yang pada akhirnya akan memperlihatkan kuasa Tuhan secara lebih dramatis. Ayat ini secara eksplisit menyatakan bahwa tujuan pengerasa hati itu adalah "supaya Aku menunjukkan tanda-tanda ajaib-Ku ini di antara mereka." Ini menunjukkan bahwa penderitaan dan penolakan Firaun bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah panggung untuk demonstrasi kuasa ilahi yang luar biasa, yang akan diingat oleh generasi-generasi mendatang.

10:3

Visualisasi: Simbol Tanda Tangan Tuhan, menandakan Firman dan Kehendak-Nya.

Kisah Firaun ini memberikan pelajaran berharga mengenai tiga kata kunci penting dalam kehidupan: pilihan, konsekuensi, dan tujuan ilahi. Pertama, pilihan. Firaun memiliki pilihan untuk mendengar dan patuh, atau menolak dan melawan. Setiap individu dihadapkan pada pilihan serupa setiap hari, baik dalam skala kecil maupun besar. Keputusan kita, meskipun tampak sepele, membentuk jalan hidup kita.

Kedua, konsekuensi. Pilihan Firaun yang keras kepala membawa konsekuensi buruk bagi Mesir dalam bentuk tulah yang mengerikan, dan bagi dirinya sendiri dalam bentuk keteguhan hati yang semakin dalam. Setiap pilihan membawa konsekuensi, baik yang positif maupun negatif, yang akan kita terima. Memahami hal ini mendorong kita untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan.

Ketiga, tujuan ilahi. Di balik segala kejadian, termasuk penderitaan dan kesulitan, terdapat sebuah tujuan ilahi yang seringkali melampaui pemahaman manusia. Tuhan menggunakan bahkan kekerasan hati Firaun untuk menunjukkan kebesaran-Nya dan memberikan kebebasan bagi umat-Nya. Ini mengajarkan kita untuk memiliki perspektif yang lebih luas, bahwa Tuhan bekerja dalam segala situasi untuk kebaikan yang lebih besar, bahkan ketika kita tidak memahaminya. Keluaran 10:3 mengingatkan kita bahwa di dalam narasi kehidupan, baik yang penuh sukacita maupun yang penuh tantangan, ada sebuah rancangan ilahi yang sedang terungkap, yang pada akhirnya membawa kemuliaan bagi Sang Pencipta dan pembebasan bagi umat-Nya.