Keluaran 12:39

"Mereka membawa adonan mereka yang belum beragi itu dari Mesir, tergesa-gesa, sehingga roti yang tidak beragi itu telah dipanggangnya di Mesir."

Kisah kelepasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir adalah salah satu narasi paling monumental dalam sejarah keagamaan dan kemanusiaan. Ayat dari Kitab Keluaran 12:39 memberikan sebuah detail kecil namun sarat makna tentang peristiwa penting ini. Ayat tersebut menyatakan, "Mereka membawa adonan mereka yang belum beragi itu dari Mesir, tergesa-gesa, sehingga roti yang tidak beragi itu telah dipanggangnya di Mesir." Kata kunci keluaran 12 39, merujuk pada momen yang sarat urgensi dan kecepatan, yaitu saat umat Israel akhirnya meninggalkan tanah perbudakan yang telah membelenggu mereka selama ratusan tahun.

Keluarnya bangsa Israel dari Mesir bukanlah sekadar perpindahan geografis, melainkan sebuah pembebasan ilahi yang direncanakan dan dilaksanakan dengan kuasa Tuhan. Teks ini menyoroti aspek fisik dari kepergian yang mendadak itu. Adonan yang belum beragi menunjukkan bahwa bangsa Israel tidak punya waktu untuk menunggu adonan mereka mengembang, sebuah proses yang biasanya membutuhkan waktu. Keadaan ini memaksa mereka untuk segera mengolah apa yang ada dan berangkat. Ini adalah gambaran nyata dari ketidakpastian dan ketidaksiapan yang harus mereka hadapi, namun juga menunjukkan kepatuhan mereka terhadap perintah Tuhan yang menuntut keberangkatan segera.

Roti yang tidak beragi, atau dalam bahasa Ibrani disebut matzah, menjadi simbol penting dalam tradisi Yahudi hingga kini. Perintah untuk memakan roti tidak beragi selama Paskah (Pesakh) mengingatkan umat Israel akan penderitaan dan ketergesa-gesaan saat mereka keluar dari Mesir. Ini adalah pengingat bahwa kebebasan yang mereka nikmati bukanlah hasil dari perencanaan mereka sendiri, melainkan anugerah dari Tuhan yang bertindak tepat pada waktunya. Kenyataan bahwa mereka "telah dipanggangnya di Mesir" menekankan lagi betapa cepatnya peristiwa itu terjadi; roti tersebut bahkan belum sempat mengembang dan matang sempurna sebelum mereka harus bergerak maju.

Kisah keluaran 12 39 juga menyiratkan sebuah pelajaran tentang kepercayaan. Dalam situasi yang tampaknya kacau dan tidak pasti, bangsa Israel harus belajar untuk mengandalkan Tuhan sepenuhnya. Perintah untuk keluar dari Mesir datang setelah serangkaian sepuluh tulah yang menimpa bangsa Mesir, puncak dari yang terakhir adalah kematian anak sulung Mesir. Pada malam Paskah itu, Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk menandai ambang pintu rumah mereka dengan darah anak domba agar malaikat maut melewati mereka. Ini adalah momen penentu, titik balik dari perbudakan menuju kebebasan.

Lebih dari sekadar peristiwa sejarah, keluarnya bangsa Israel dari Mesir mengajarkan kita tentang kuasa penebusan Tuhan. Tuhan tidak melupakan umat-Nya dalam penderitaan mereka. Dia mendengarkan seruan mereka dan bertindak untuk membebaskan mereka. Pelajaran dari Keluaran 12:39 adalah bahwa seringkali, kelepasan datang ketika kita kurang siap secara materiil atau temporal, menuntut kita untuk bertindak dengan iman dan kepercayaan pada waktu Tuhan. Pengalaman ini membentuk identitas bangsa Israel sebagai umat pilihan Tuhan, yang dibebaskan dari perbudakan untuk melayani Dia. Pengalaman ini terus diperingati melalui perayaan Paskah, menjadi pengingat abadi tentang kemurahan dan kekuatan Tuhan yang menyelamatkan.