Keluaran 16:15

"Ketika bani Israel melihatnya, berkatalah mereka seorang kepada yang lain: "Apakah ini?" Sebab mereka tidak tahu apa itu."

Manna Turun

Ayat dari Kitab Keluaran 16:15 membuka sebuah narasi yang luar biasa mengenai penyediaan ilahi. Setelah bangsa Israel keluar dari Mesir, perjalanan mereka melalui padang gurun Yudea tidaklah mudah. Keluhan mengenai kekurangan makanan mulai terdengar, sebuah respons alami manusia ketika menghadapi ketidakpastian dan kesulitan. Namun, di tengah keputusasaan itulah, Allah menunjukkan kekuatan dan kasih-Nya yang tak terbatas.

Manna, yang digambarkan sebagai "roti dari langit", turun setiap pagi. Keajaiban ini begitu baru bagi umat Israel sehingga reaksi pertama mereka adalah kebingungan. "Apakah ini?" tanya mereka satu sama lain. Kata "man-hu" dalam bahasa Ibrani, yang menjadi asal mula kata "manna", secara harfiah berarti "apa ini?". Mereka belum pernah melihat sesuatu seperti itu sebelumnya. Bentuknya yang seperti serbuk putih, rasanya manis seperti madu, dan kemampuannya untuk menyediakan nutrisi yang cukup untuk kelangsungan hidup ribuan orang di lingkungan yang tandus, adalah bukti nyata dari campur tangan ilahi.

Kisah manna ini bukan sekadar cerita tentang makanan. Ini adalah pelajaran mendalam tentang kepercayaan dan ketergantungan kepada Sang Pencipta. Allah tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik umat-Nya, tetapi juga mengajarkan mereka untuk hidup dari firman-Nya, untuk mengandalkan penyediaan-Nya setiap hari, dan untuk tidak menimbun untuk masa depan lebih dari yang dibutuhkan. Setiap pagi, mereka harus keluar dan mengumpulkan manna secukupnya untuk hari itu, kecuali pada hari Sabat, di mana mereka diperintahkan untuk mengumpulkan dua kali lipat pada hari sebelumnya. Ini mengajarkan disiplin, ketaatan, dan penghormatan terhadap hari perhentian yang kudus.

Fenomena manna ini terus berlanjut selama empat puluh tahun perjalanan mereka di padang gurun, sampai mereka akhirnya tiba di perbatasan Tanah Perjanjian. Ini adalah pengingat abadi bahwa di saat-saat paling sulit, ketika sumber daya manusia tampak habis, sumber kekal selalu tersedia. Mukjizat manna adalah manifestasi dari janji Allah untuk tidak pernah meninggalkan umat-Nya, untuk menyediakan apa yang mereka butuhkan, bahkan di tempat yang paling tidak mungkin sekalipun.

Lebih dari sekadar makanan fisik, manna juga dapat dipandang sebagai bayangan dari Kristus sendiri, yang kemudian menyebut diri-Nya sebagai "roti kehidupan" (Yohanes 6:35). Seperti manna yang memberi kehidupan bagi Israel di padang gurun, Kristus memberi kehidupan kekal bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Dia adalah penyediaan ilahi yang paling utama, yang memenuhi kerinduan terdalam jiwa manusia. Kisah Keluaran 16:15, dengan segala kebingungannya, akhirnya mengarah pada pemahaman yang lebih dalam tentang kebaikan dan kemurahan hati Allah, yang terus menerus menopang kita dalam perjalanan hidup.