Keluaran 16 35

"Dan orang Israel makan manna empat puluh tahun lamanya, sampai mereka sampai ke tanah yang beradab; mereka makan manna sampai mereka sampai ke batas negeri Kanaan."

Kisah Keluar dari Mesir dan Berkat Manna

Peristiwa keluaran umat Israel dari perbudakan di Mesir adalah salah satu narasi paling monumental dalam sejarah agama. Setelah dibebaskan dari penindasan Firaun, perjalanan bangsa ini di padang gurun bukanlah tanpa tantangan. Mereka harus menghadapi kelaparan, kehausan, dan ketidakpastian. Di tengah kesulitan tersebut, Tuhan menunjukkan kemurahan hati-Nya yang luar biasa melalui pemberian manna.

Ayat Keluaran 16:35 secara ringkas merangkum periode panjang pemberian manna ini. Selama empat puluh tahun, sejak mereka meninggalkan Mesir hingga akhirnya mencapai tanah perjanjian, umat Israel dipercayai hidup dari makanan surgawi yang setiap hari turun dari langit. Manna ini bukanlah makanan biasa; ia merupakan manifestasi nyata dari pemeliharaan dan kesetiaan Tuhan kepada umat pilihan-Nya. Setiap pagi, seolah embun dingin yang menguap, manna akan muncul di permukaan padang gurun, berupa butiran-butiran putih kecil yang rasanya seperti kue madu.

Ilustrasi pemberian manna di padang gurun

Pemberian manna sebagai tanda kasih dan pemeliharaan Tuhan.

Makna Spiritual dan Pelajaran dari Manna

Kisah manna bukan sekadar catatan sejarah tentang bagaimana umat Israel bertahan hidup. Ia sarat dengan makna spiritual yang mendalam. Pertama, manna mengajarkan tentang ketergantungan total kepada Tuhan. Umat Israel tidak bisa mengandalkan kekuatan mereka sendiri atau sumber daya yang ada di padang gurun yang tandus. Mereka harus bangkit setiap pagi dengan iman, mengumpulkan manna yang telah disediakan, dan mempercayai bahwa Tuhan akan terus memberikannya. Ini adalah pelajaran berharga bagi setiap orang: dalam segala situasi kehidupan, kita dipanggil untuk bersandar pada Tuhan dan menyadari bahwa segala yang baik datang dari Dia.

Kedua, manna mengajarkan tentang ketaatan. Tuhan memberikan instruksi yang jelas mengenai bagaimana manna harus dikumpulkan. Mereka tidak boleh mengumpulkannya lebih dari yang dibutuhkan untuk satu hari, kecuali pada hari keenam untuk persiapan hari Sabat. Manna yang disimpan lebih dari satu hari akan berulat dan busuk, kecuali pada persiapan hari Sabat. Pelanggaran terhadap aturan ini akan berakibat pada pemeliharaan yang gagal. Hal ini menekankan pentingnya mengikuti firman dan perintah Tuhan dengan setia.

Terakhir, pengalaman manna membentuk karakter umat Israel. Perjalanan di padang gurun adalah masa pembentukan karakter, di mana kesabaran, kepercayaan, dan ketaatan mereka diuji. Meskipun sering kali mereka mengeluh dan meragukan Tuhan, anugerah manna terus mengalir, mengingatkan mereka akan janji dan kesetiaan-Nya. Keluaran 16:35 menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang yang penuh ujian, namun juga penuh berkat, yang pada akhirnya membawa mereka kepada realisasi janji Tuhan. Kisah ini terus relevan hingga kini, mengingatkan kita bahwa di tengah padang gurun kehidupan, Tuhan senantiasa menyediakan apa yang kita butuhkan, asalkan kita tetap bergantung dan taat kepada-Nya.