"Sesudah Musa pulang kepada mertuanya, Yitro, ia memberitahukan segala sesuatu yang telah dilakukan TUHAN terhadap Firaun dan terhadap orang Mesir demi kepentingan Israel, dan segala kesukaran yang mereka alami dalam perjalanan itu, dan bagaimana TUHAN telah menyelamatkan mereka."
Ayat Keluaran 18:2 membuka jendela unik ke dalam kehidupan pribadi Musa, yang sering kali terlupakan di tengah narasi besar tentang pembebasan umat Israel dari perbudakan Mesir. Ayat ini mencatat momen penting ketika Musa, setelah memimpin bangsanya keluar dari tanah Mesir dan menyeberangi Laut Merah, akhirnya bertemu kembali dengan mertuanya, Yitro, seorang imam di Midian. Pertemuan ini bukan sekadar reuni keluarga; ini adalah kesempatan bagi Musa untuk berbagi pengalaman imannya yang luar biasa dengan orang terdekatnya.
Dalam percakapannya dengan Yitro, Musa tidak hanya menceritakan peristiwa-peristiwa besar yang telah terjadi. Ia merinci "segala sesuatu yang telah dilakukan TUHAN terhadap Firaun dan terhadap orang Mesir demi kepentingan Israel." Ini berarti Musa membuka hatinya untuk berbagi tentang campur tangan ilahi yang luar biasa, kekuatan Tuhan yang membebaskan, dan pemeliharaan-Nya yang terus-menerus. Pengalaman ini pasti membawa banyak pelajaran dan tantangan. Ia juga tidak ragu untuk menyampaikan "segala kesukaran yang mereka alami dalam perjalanan itu," yang mencakup haus, lapar, ketakutan, dan keraguan. Kejujuran Musa dalam berbagi kesulitan menunjukkan kedalaman imannya; ia tidak menyembunyikan kenyataan pahit dari perjalanan, melainkan mengaitkannya dengan kebesaran Tuhan.
Yang paling krusial adalah penekanan Musa pada "bagaimana TUHAN telah menyelamatkan mereka." Ini adalah inti dari kesaksiannya. Di tengah segala kesulitan, Musa secara konsisten mengarahkan fokusnya dan fokus pendengarnya kepada tindakan penyelamatan Tuhan. Ini adalah refleksi dari pemahaman yang mendalam tentang kedaulatan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan. Bukan kekuatan manusia atau kebetulan yang membawa mereka sampai di titik itu, melainkan anugerah dan kuasa ilahi.
Kisah pertemuan Musa dengan Yitro ini memberikan beberapa pelajaran berharga. Pertama, pentingnya berbagi kesaksian iman. Menceritakan pengalaman pribadi tentang bagaimana Tuhan bekerja dalam hidup kita dapat menguatkan orang lain dan mengingatkan kita sendiri akan kesetiaan-Nya. Kedua, keberanian untuk jujur tentang perjuangan. Mengakui kesulitan tidak mengurangi kekuatan kesaksian kita; sebaliknya, itu bisa membuat kesaksian kita lebih relevan dan membumi bagi orang lain yang mungkin sedang bergumul. Ketiga, pengenalan akan penyelamat. Seperti Musa, kita dipanggil untuk selalu mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan sebagai sumber segala keselamatan dan pertolongan, terutama di saat-saat yang paling sulit.
Yitro, yang kemudian menjadi penasihat bijak bagi Musa, adalah saksi bisu dari pengabdian dan kesetiaan Musa dalam menyampaikan kebenaran ini. Ayat ini mengingatkan kita bahwa di balik peristiwa sejarah yang besar, ada momen-momen pribadi yang membentuk karakter dan memperkuat iman. Kisah Musa dan Yitro adalah pengingat abadi akan kekuatan kesaksian, kejujuran, dan keagungan penyelamatan Tuhan yang terus bekerja di dalam kehidupan kita sehari-hari.