"Jika engkau melakukan hal ini, dan jika Allah memerintahkannya kepadamu, maka engkau akan bertahan, dan seluruh bangsa ini akan pulang ke tempatnya dengan tenteram."
Jari menunjuk pada peta, melambangkan arahan dan tujuan yang jelas.
Kisah dalam Kitab Keluaran, khususnya pasal 18, menceritakan tentang Yitro, mertua Musa, yang memberikan nasihat bijaksana kepada Musa mengenai beban kepemimpinannya. Musa saat itu sedang berjuang menangani semua persoalan dan perselisihan yang datang dari seluruh umat Israel. Frustrasi dan kelelahan Musa terlihat jelas. Yitro, dengan kearifan yang datang dari pengalaman, menyarankan Musa untuk mendelegasikan sebagian tugasnya kepada orang-orang yang cakap. Ia mengusulkan agar Musa menetapkan hakim-hakim untuk mengadili perkara-perkara kecil, sementara perkara yang lebih besar tetap ditangani oleh Musa sendiri.
Ayat Keluaran 18:23 merupakan inti dari nasihat Yitro. Di sini terkandung sebuah prinsip kepemimpinan yang fundamental dan relevan hingga kini. Yitro meyakinkan Musa bahwa jika ia mengikuti saran ini, dan yang terpenting, jika ini sesuai dengan kehendak Tuhan, maka bukan hanya Musa yang akan bertahan dalam tugas beratnya, tetapi seluruh bangsa Israel juga akan mencapai tujuan mereka dengan damai dan sejahtera. Frasa "jika Allah memerintahkannya kepadamu" menunjukkan betapa pentingnya integritas ilahi dalam setiap keputusan kepemimpinan. Keputusan terbaik bukanlah sekadar solusi pragmatis, tetapi yang selaras dengan prinsip-prinsip ilahi.
Prinsip delegasi dan pembagian tanggung jawab yang diajarkan melalui nasihat Yitro kepada Musa sangat penting. Kepemimpinan yang efektif tidak berarti memikul semua beban sendirian. Sebaliknya, pemimpin yang bijak tahu bagaimana memberdayakan orang lain, mengidentifikasi talenta yang ada, dan mempercayakan tugas-tugas yang sesuai. Ini tidak hanya meringankan beban pemimpin, tetapi juga mengembangkan kapasitas anggota tim, menumbuhkan rasa memiliki, dan meningkatkan efisiensi secara keseluruhan. Ketika tugas didistribusikan dengan bijak, individu dapat fokus pada keahlian mereka, menghasilkan kualitas kerja yang lebih baik, dan memecahkan masalah dengan lebih cepat.
Lebih dari sekadar efisiensi operasional, ayat ini juga menekankan pentingnya kebijaksanaan ilahi. Nasihat Yitro tidak bersifat dogmatis, tetapi ia mengikatnya dengan kondisi kepatuhan terhadap Tuhan. Ini mengajarkan bahwa kepemimpinan yang sesungguhnya harus berakar pada prinsip-prinsip moral dan etika yang tinggi, yang seringkali ditemukan dalam ajaran spiritual. Keputusan yang diambil harus mempertimbangkan dampaknya tidak hanya pada efektivitas, tetapi juga pada keadilan, kesejahteraan, dan keharmonisan jangka panjang. Dengan demikian, kepemimpinan yang terinspirasi oleh Keluaran 18:23 adalah kepemimpinan yang bertanggung jawab, delegatif, dan berintegritas, yang pada akhirnya membawa ketenteraman bagi seluruh komunitas yang dipimpin. Kebijaksanaan ini adalah panduan yang tak ternilai untuk setiap pemimpin, baik di ranah spiritual, organisasi, maupun dalam kehidupan sehari-hari.