"Maka Yitro memilih orang-orang yang cakap dari seluruh orang Israel, dan mengangkat mereka menjadi kepala atas rakyat itu, menjadi kepala seribu, kepala seratus, kepala lima puluh dan kepala sepuluh."
Ayat dari Kitab Keluaran pasal 18 ayat 25 ini merekam sebuah momen penting dalam sejarah bangsa Israel. Setelah Musa berhasil memimpin bangsanya keluar dari perbudakan Mesir dan melalui perjalanan panjang di padang gurun, tantangan baru muncul. Tanggung jawab yang diemban Musa sebagai pemimpin tunggal untuk menyelesaikan setiap perselisihan dan masalah sekecil apa pun di antara jutaan orang, terbukti sangat berat dan melelahkan. Ia menghabiskan waktu seharian penuh, dari pagi hingga petang, untuk mendengar dan memutuskan perkara rakyatnya.
Dalam konteks ini, Yitro, mertua Musa, yang mengunjungi dan melihat langsung beban berat yang dipikul Musa, memberikan nasihat yang sangat berharga. Yitro menyadari bahwa satu orang, sehebat apa pun dia, tidak akan mampu menanggung seluruh beban kepemimpinan sendirian, terutama ketika jumlah orang yang dipimpin terus bertambah dan kompleksitas permasalahan semakin meningkat. Nasihat Yitro inilah yang kemudian diimplementasikan oleh Musa, yaitu mendelegasikan sebagian tanggung jawab kepada orang-orang yang cakap.
Ilustrasi delegasi tanggung jawab dari pemimpin puncak ke beberapa tingkatan.
Implementasi sistem ini menciptakan hierarki kepemimpinan yang terstruktur. Orang-orang yang memiliki kemampuan, kejujuran, dan integritas dipilih untuk memegang posisi pengadilan. Mereka diberi otoritas untuk menyelesaikan perselisihan yang lebih kecil di antara kelompok-kelompok yang mereka pimpin: kepala seribu, kepala seratus, kepala lima puluh, dan kepala sepuluh. Hanya perkara yang sangat sulit atau memerlukan otoritas yang lebih tinggi yang akan dibawa ke hadapan Musa.
Penerapan sistem ini membawa dampak positif yang luar biasa. Beban Musa menjadi lebih ringan, memungkinkannya untuk fokus pada urusan-urusan yang lebih strategis dan penting bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan bangsa Israel. Yang lebih penting lagi, rakyat merasa lebih cepat terlayani. Perselisihan mereka diselesaikan di tingkat lokal, oleh pemimpin yang lebih dekat dengan mereka, sehingga rasa keadilan dan kepuasan tercapai dengan lebih baik. Sistem ini juga sekaligus mendidik dan melatih generasi pemimpin baru di tengah bangsa Israel, mempersiapkan mereka untuk masa depan.
Kisah Keluaran 18:25 mengajarkan kita prinsip penting tentang kepemimpinan yang efektif: kemampuan untuk mendelegasikan. Ini bukan tentang lepas tangan, melainkan tentang mendistribusikan tugas dan wewenang kepada orang-orang yang tepat, yang memiliki kompetensi dan karakter yang dibutuhkan. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat bekerja lebih efisien, memastikan bahwa setiap individu merasa didengar dan dilayani, serta membangun tim yang kuat dan tangguh untuk mencapai tujuan bersama. Prinsip ini relevan tidak hanya dalam konteks spiritual dan kenegaraan, tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk organisasi, keluarga, dan komunitas.