Berkatalah ia kepada Musa: "Aku, metua-ipar engkau Yitro, datang kepadamu, bersama-sama dengan isteri dan kedua anakmu."
Sebuah ilustrasi simbolis dari pertemuan dan dukungan.
Ayat Keluaran 18:6 membawa kita pada momen penting dalam perjalanan bangsa Israel di padang gurun. Setelah mengalami kelepasan luar biasa dari perbudakan Mesir, Musa memimpin umat Allah menuju Tanah Perjanjian. Di tengah berbagai tantangan dan tanggung jawab yang berat, datanglah kabar yang mengharukan: Yitro, mertua Musa, beserta keluarganya, datang untuk menemuinya.
Kunjungan ini bukan sekadar pertemuan keluarga biasa. Dalam konteks kepemimpinan Musa, kedatangan Yitro menandai sebuah dukungan yang sangat dibutuhkan. Musa telah memikul beban berat dalam memimpin jutaan orang, memutuskan perkara, dan menyampaikan firman Tuhan. Kehidupan di padang gurun penuh dengan ketidakpastian dan tuntutan yang tak henti-hentinya. Dalam situasi seperti inilah, kehadiran orang terkasih, terutama dari keluarga, dapat memberikan kekuatan emosional dan spiritual yang tak ternilai harganya.
Bayangkan kegembiraan Musa saat bertemu dengan istrinya, Zipora, dan kedua putranya, Gersom dan Eliezer. Setelah sekian lama terpisah, momen ini pasti dipenuhi kehangatan dan kelegaan. Namun, lebih dari sekadar kelegaan pribadi, Yitro juga melihat beban kepemimpinan Musa. Melalui percakapan dan pengamatan, Yitro kemudian memberikan nasihat bijak yang menjadi tonggak sejarah dalam organisasi kepemimpinan bangsa Israel, seperti yang dicatat dalam pasal yang sama.
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya dukungan keluarga, terutama bagi mereka yang memiliki tanggung jawab besar. Kepemimpinan, sekalipun dipimpin oleh Tuhan, tidak berarti harus dijalani dalam kesendirian. Dukungan dari orang-orang terdekat dapat membantu mencegah kelelahan mental dan spiritual, serta memberikan perspektif baru dalam menghadapi masalah. Kehadiran mereka menjadi pengingat akan akar dan sumber kekuatan yang sesungguhnya.
Selain itu, kisah ini juga menyoroti nilai kebijaksanaan yang dapat datang dari luar lingkaran langsung pekerjaan kita. Yitro, sebagai orang asing yang melihat situasi Musa dari luar, mampu memberikan masukan yang konstruktif dan praktis. Ini mengingatkan kita untuk tetap terbuka terhadap saran dan perspektif dari orang lain, bahkan mereka yang mungkin tidak sepenuhnya memahami detail pekerjaan kita, karena terkadang solusi terbaik datang dari sudut pandang yang segar.
Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tuntutan, kita seringkali lupa untuk menjaga hubungan baik dengan keluarga dan orang-orang terkasih. Kisah Keluaran 18:6 menjadi pengingat yang indah bahwa di tengah kesibukan dan perjuangan kita, ada kekuatan besar yang bisa kita temukan dalam dukungan dan cinta dari keluarga. Kunjungan Yitro bukan hanya memberi Musa kelegaan pribadi, tetapi juga membawa perubahan positif dalam struktur kepemimpinan bangsa Israel, membuktikan bahwa dukungan yang tulus dapat berdampak luas.