"Janganlah disentuh binatang itu, janganlah didekati, sebab barangsiapa menyentuhnya, ia pasti dilempari dengan batu atau ditombak; baik manusia maupun binatang, jangan dibiarkan hidup."
Ayat Keluaran 19:13 merupakan bagian krusial dari narasi Musa dan bangsa Israel di Gunung Sinai. Setelah mereka tiba di padang gurun Sinai, Allah memanggil Musa naik ke gunung untuk menerima hukum-hukum-Nya. Momen ini menandai perjanjian penting antara Allah dan umat pilihan-Nya, sebuah titik balik dalam perjalanan rohani mereka. Kehadiran Allah di Gunung Sinai sangatlah dahsyat dan kudus, terwujud dalam guntur, kilat, kabut tebal, dan suara terompet yang nyaring.
Perintah tegas dalam ayat ini, "Janganlah disentuh binatang itu, janganlah didekati," menekankan kesakralan tempat tersebut. Gunung Sinai bukan sekadar gunung biasa; ia menjadi tempat perjumpaan antara yang ilahi dan yang insani. Allah memberikan peringatan keras ini untuk melindungi umat-Nya dari murka ilahi yang tak tertahankan jika mereka melanggar batasan yang telah ditetapkan. Konsekuensi yang disebutkan, "ia pasti dilempari dengan batu atau ditombak," menunjukkan keseriusan pelanggaran terhadap kekudusan Allah dan ketidaklayakan manusia untuk mendekat tanpa persiapan yang sesuai dan izin ilahi.
Perintah ini juga berlaku untuk hewan, yang menegaskan bahwa seluruh area di sekitar Gunung Sinai telah dikuduskan oleh kehadiran Allah. Ini bukan hanya untuk manusia, tetapi juga mencakup makhluk ciptaan-Nya yang lain, menggarisbawahi keutuhan ciptaan yang terpengaruh oleh manifestasi ilahi. Pemisahan ini adalah tanda penghormatan dan pengakuan atas otoritas tertinggi Allah. Bagi bangsa Israel, ini adalah pelajaran pertama dan paling mendasar tentang sifat Allah: Dia itu kudus, agung, dan kehadiran-Nya menuntut kekhususan.
Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya mendekati Allah dengan rasa hormat dan takut akan Tuhan. Meskipun Kristus telah membuka jalan bagi kita untuk mendekat kepada Bapa dengan keberanian melalui pengorbanan-Nya, penghormatan terhadap kekudusan-Nya tetaplah fundamental. Kita dipanggil untuk hidup kudus, memisahkan diri dari dosa, dan mendekati Tuhan dengan hati yang tulus dan taat, memahami bahwa perjumpaan dengan Yang Maha Kudus bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Kehadiran-Nya adalah anugerah, namun juga menuntut respons yang layak.
Keluaran 19:13 terus mengingatkan kita bahwa Allah kita adalah Allah yang berkuasa dan kudus. Setiap kali kita merenungkan ayat ini, kita diajak untuk merefleksikan sikap hati kita dalam berelasi dengan Tuhan. Apakah kita mendekat kepada-Nya dengan ketakutan yang benar, menghargai kesucian-Nya, dan mematuhi firman-Nya? Perintah ini, meskipun terdengar keras, sebenarnya adalah ungkapan kasih Allah yang melindungi umat-Nya dan mengajarkan mereka jalan hidup yang benar di bawah naungan hadirat-Nya yang mulia.