1 Raja-Raja 11:29 - Nubuat Yerobeam

Pada waktu itu, ketika Yerobeam keluar dari Yerusalem, nabi Ahia orang Silo itu bertemu dengan dia di jalan. Ia berselubung baju baru, dan hanya mereka berdua ada di padang.

Kisah Pertemuan Kenabian yang Mengubah Sejarah

Ayat ini membuka sebuah narasi penting dalam Kitab 1 Raja-Raja, mengisahkan momen krusial ketika Yerobeam, seorang pejabat raja Salomo, bertemu dengan nabi Ahia. Pertemuan ini bukanlah kebetulan biasa, melainkan sebuah peristiwa yang diatur ilahi untuk menyampaikan sebuah nubuat yang akan membawa konsekuensi besar bagi bangsa Israel. Yerobeam, yang sebelumnya dipercaya oleh Salomo, kini berada dalam perjalanan, dan di tengah kesunyian padang, ia berhadapan dengan seorang nabi yang membawa pesan perubahan radikal. Ahia, dengan baju barunya yang melambangkan kesegaran dan penetapan yang baru, menjadi saluran firman Tuhan yang menunjuk pada pemisahan kerajaan Israel.

Pertemuan ini terjadi di sebuah tempat yang terpencil, jauh dari keramaian istana dan hiruk pikuk kota. Hal ini menekankan sifat pribadi dan intim dari pewahyuan yang diberikan. Ahia, dengan otoritas kenabiannya, mendekati Yerobeam dan menyampaikan pesan Tuhan yang mengejutkan. Baju baru yang dikenakan Ahia bukanlah sekadar pakaian, melainkan simbol kuat dari apa yang akan terjadi. Ini menandakan bahwa Tuhan akan merobek kerajaan dari tangan Daud, leluhur Salomo, dan memberikannya kepada sepuluh suku Israel. Empat ayat berikutnya (ayat 30-33) merinci lebih lanjut nubuat ini, menyatakan bahwa Yerobeam akan menjadi raja atas Israel, sementara Yehuda akan tetap menjadi milik keturunan Daud karena belas kasihan Tuhan kepada Daud.

Konteks dari nubuat ini sangatlah penting. Raja Salomo, yang pernah sangat diberkati oleh Tuhan, telah jatuh ke dalam dosa penyembahan berhala akibat pengaruh istri-istrinya yang asing. Tindakannya ini mendatangkan murka Tuhan, dan sebagai konsekuensinya, Tuhan memutuskan untuk merobek kerajaan Israel dari keturunannya, menyisakan hanya satu suku (Yehuda) untuk menghormati perjanjian-Nya dengan Daud. Yerobeam, yang berasal dari suku Efraim, dipilih untuk menjadi pemimpin dari sepuluh suku utara yang akan memisahkan diri.

Nubuat Ahia kepada Yerobeam bukanlah dorongan untuk berbuat dosa, melainkan penegasan dari keputusan Tuhan yang telah diambil akibat ketidaktaatan Salomo. Yerobeam sendiri kelak akan menjadi figur sentral dalam pemberontakan sepuluh suku dan pendirian Kerajaan Israel Utara. Tindakannya mendirikan tempat ibadah dan patung lembu di Betel dan Dan untuk mencegah rakyatnya pergi ke Yerusalem untuk beribadah, justru membawa Israel ke dalam dosa yang lebih dalam, sebuah ironi tragis dari mandat yang awalnya diberikan kepadanya.

Kisah 1 Raja-Raja 11:29 mengingatkan kita bahwa Tuhan berdaulat atas seluruh sejarah, termasuk naik turunnya kerajaan. Ia menggunakan individu, bahkan dalam keadaan keterpecahan dan ketidaktaatan, untuk menggenapi rencana-Nya. Nubuat Ahia kepada Yerobeam menjadi titik balik yang dramatis, menandai awal dari perpecahan Israel yang berdampak panjang. Ini juga menunjukkan bahwa Tuhan dapat memakai siapa saja, bahkan seorang yang sebelumnya hanya seorang pejabat, untuk menjalankan kehendak-Nya yang agung, meskipun jalan yang ditempuh seringkali dipenuhi dengan tantangan dan konsekuensi yang berat. Peristiwa ini menjadi pengingat abadi tentang pentingnya ketaatan kepada Tuhan dan dampak dari keputusan pemimpin terhadap sebuah bangsa.

Tuhan

Kisah lengkapnya dapat ditemukan dalam 1 Raja-Raja pasal 11.