Keluaran 19 25

"Dan TUHAN berfirman kepadanya: "Pergilah kepada umat itu dan ku-kuduskanlah mereka hari ini dan besok, dan baiklah mereka membasuh pakaian mereka."

Janji dan Perintah Allah di Gunung Sinai

Kitab Keluaran mencatat perjalanan bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir menuju kebebasan. Salah satu momen paling krusial dalam kisah ini adalah pertemuan mereka dengan Allah di Gunung Sinai. Di sinilah, Allah tidak hanya memberikan hukum-hukum-Nya, tetapi juga menjalin perjanjian yang mendalam dengan umat pilihan-Nya. Ayat Keluaran 19:25, meskipun singkat, memuat sebuah perintah penting yang menunjukkan kesiapan Allah untuk berinteraksi dengan umat-Nya, namun juga menetapkan standar kekudusan yang harus dipenuhi.

Gunung Sinai & Awan Kemuliaan Allah
Simbolisasi pertemuan ilahi di Gunung Sinai.

Perintah untuk "menguduskan" umat dan memerintahkan mereka untuk "membasuh pakaian" bukanlah sekadar ritual kebersihan. Tindakan menguduskan berarti memisahkan diri, menjadi suci, dan mempersiapkan diri untuk kehadiran Allah yang Mahakudus. Pakaian yang bersih melambangkan hati yang bersih, kesiapan untuk bertemu dengan Yang Ilahi, dan pengakuan atas perbedaan besar antara manusia berdosa dan Allah yang kudus. Di Gunung Sinai, Allah menunjukkan kuasa dan kemuliaan-Nya, dan umat diperintahkan untuk mendekat dengan rasa hormat dan kekaguman.

Perintah ini menyoroti sifat Allah yang kudus dan keinginan-Nya agar umat-Nya hidup dalam kekudusan. Ini bukan tuntutan yang tidak mungkin, melainkan undangan untuk masuk dalam hubungan yang benar dengan Sang Pencipta. Melalui perintah ini, Allah mulai mengajarkan kepada bangsa Israel prinsip-prinsip hidup yang akan membimbing mereka dalam perjalanan mereka di padang gurun dan pada akhirnya di Tanah Perjanjian. Ini adalah fondasi dari perjanjian yang akan diperkuat, di mana Israel akan menjadi umat Allah dan Allah akan menjadi Allah mereka, asalkan mereka menaati suara-Nya.

Keluaran 19:25 adalah pengingat bahwa setiap pendekatan kepada Allah harus disertai dengan kesadaran akan kekudusan-Nya dan persiapan diri. Baik dalam ibadah pribadi maupun komunal, ada panggilan untuk kesucian. Perintah ini juga dapat dilihat sebagai antisipasi terhadap pengorbanan yang lebih besar di masa depan, di mana kekudusan sejati akan dicapai melalui Kristus. Bagi umat percaya saat ini, ayat ini tetap relevan, mengingatkan kita untuk selalu menjaga hati kita tetap murni dan siap sedia untuk mengalami hadirat Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, membedakan diri dari dunia dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Kekudusan adalah kunci untuk hubungan yang mendalam dengan Allah.