"Lalu mengandunglah perempuan itu dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu bagus, disembunyikannya tiga bulan lamanya."
Ayat pembuka dari pasal kedua Kitab Keluaran ini seringkali luput dari perhatian di tengah narasi besar tentang pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir. Namun, di balik kalimat yang tampak sederhana ini tersimpan sebuah kisah harapan, keberanian, dan takdir yang luar biasa. Ayat ini memperkenalkan kita pada sosok ibu yang luar biasa, Yochebed, yang menghadapi situasi yang paling mengerikan namun tidak kehilangan imannya. Ketika Firaun memerintahkan agar setiap bayi laki-laki Ibrani dibunuh, ancaman itu membayangi setiap keluarga. Namun, justru di tengah kegelapan inilah, sebuah cahaya harapan lahir.
Keputusan untuk menyembunyikan bayi tersebut adalah tindakan keberanian yang luar biasa, sebuah penolakan terhadap dekret yang kejam. Tindakan ini menunjukkan kekuatan cinta seorang ibu yang melampaui rasa takut. Tiga bulan pertama kehidupan seorang bayi adalah masa yang rentan, dan menyembunyikannya dari mata-mata Firaun tentu membutuhkan strategi, pengorbanan, dan iman yang teguh. Ayat ini menjadi titik tolak bagi takdir Musa, yang kelak akan menjadi pemimpin besar bangsa Israel. Keberanian orang tuanya, dan kemudian keberanian Miriam yang mengawasi dari jauh, membuka jalan bagi kelangsungan hidup dan misi ilahi yang luar biasa.
Kata kunci "bagus" yang digunakan untuk menggambarkan bayi itu bukan sekadar penilaian fisik, tetapi mungkin juga mencerminkan kilasan keindahan, potensi, atau sesuatu yang istimewa yang dilihat oleh sang ibu. Dalam konteks penindasan dan kematian yang mengancam, penemuan kebaikan dan keindahan seperti ini menjadi sumber kekuatan. Ini adalah janji bahwa di tengah situasi terburuk, kehidupan dan harapan tetap ada, seringkali dalam bentuk yang paling rapuh namun paling gigih.
Penyembunyian selama tiga bulan pertama adalah periode krusial. Selama waktu ini, Yochebed merawat dan memberi makan bayinya, menciptakan ikatan yang mendalam. Ini juga merupakan waktu untuk berdoa, merencanakan, dan berharap. Ketika akhirnya ia tidak bisa lagi menyembunyikannya, ia harus mengambil tindakan yang lebih drastis, yaitu menempatkan Musa dalam keranjang di tepi sungai Nil. Tindakan ini, meskipun penuh risiko, menunjukkan bahwa setelah upaya awal untuk melindungi anaknya, kini ia harus menyerahkan masa depan anaknya kepada pemeliharaan ilahi.
Kisah Musa adalah bukti nyata bahwa keputusan kecil yang lahir dari keberanian dan iman dapat memiliki dampak yang monumental. Bayi yang disembunyikan itu bukan hanya seorang anak yang diselamatkan, tetapi ia adalah calon pembebas sebuah bangsa. Tanpa keberanian Yochebed dan Miriam, tanpa upaya awal untuk menyelamatkan nyawa Musa, seluruh narasi Keluaran akan berbeda. Ini mengajarkan kita bahwa setiap kehidupan berharga, dan terkadang, tindakan paling heroik dimulai dari cinta orang tua yang tulus dan keberanian untuk melawan ketidakadilan, meskipun hanya dalam skala kecil.
Jadi, ketika kita membaca Keluaran 2:2, mari kita renungkan tidak hanya fakta kelahirannya, tetapi juga keberanian luar biasa yang diperlukan untuk melindunginya. Ini adalah kisah tentang bagaimana harapan dapat bersembunyi, tumbuh, dan akhirnya muncul menjadi kekuatan yang mengubah dunia.