Ayat Keluaran 2:22 mencatat sebuah momen penting dalam kehidupan Musa, ketika isterinya melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Gersom. Nama ini memiliki makna yang mendalam: "Aku seorang pendatang di negeri asing." Kata "Gersom" berasal dari akar bahasa Ibrani yang berkaitan dengan pengasingan, perantauan, dan tinggal sementara di tempat yang bukan milik sendiri. Pemilihan nama ini tidak hanya sekadar penamaan, tetapi juga merupakan ekspresi dari realitas eksistensial keluarga Musa pada saat itu.
Kehidupan Musa saat itu membawanya jauh dari Mesir, negeri asal leluhurnya yang penuh penindasan, namun juga tanah yang dikenalnya. Ia menjadi seorang gembala di Midian, sebuah wilayah yang mungkin menawarkan kedamaian dan keamanan, namun tetap merupakan sebuah tempat asing. Pernikahan Musa dengan Zipora, putri Yitro, seorang imam di Midian, menandai babak baru dalam hidupnya. Kelahiran Gersom menjadi penanda konkret dari status mereka sebagai orang luar di tanah Midian.
Dalam konteks yang lebih luas, nama Gersom dapat dilihat sebagai sebuah simbol bagi banyak orang yang terpaksa meninggalkan tanah air mereka karena berbagai alasan. Baik itu karena konflik, kesulitan ekonomi, atau pencarian peluang baru, pengalaman menjadi "pendatang di negeri asing" adalah sesuatu yang dialami oleh jutaan orang sepanjang sejarah. Pengalaman ini seringkali dibarengi dengan perasaan kerinduan akan kampung halaman, adaptasi terhadap budaya baru, dan perjuangan untuk menemukan tempat di tengah masyarakat yang berbeda.
Ayat ini mengingatkan kita bahwa di balik peristiwa-peristiwa besar dalam narasi suci, terdapat pengalaman-pengalaman pribadi yang mendalam. Kelahiran seorang anak, penamaan yang penuh arti, adalah momen-momen manusiawi yang universal. Pemilihan nama Gersom oleh Zipora atau Musa (teks tidak secara eksplisit menyebutkan siapa yang menamai, namun konteksnya menyiratkan salah satu dari mereka) mencerminkan kesadaran mereka akan situasi mereka. Mereka tidak menyangkal realitas mereka sebagai orang asing, melainkan merangkulnya dan memberinya makna.
Lebih jauh lagi, pengalaman menjadi pendatang ini membentuk karakter dan perspektif Musa. Pengalaman hidup di luar tanah leluhurnya, menjadi bagian dari komunitas lain, dan merasakan sendiri bagaimana rasanya menjadi "orang luar" kemungkinan besar memberinya pemahaman yang unik tentang penderitaan dan kerinduan umat Israel di Mesir ketika ia kelak dipanggil untuk memimpin mereka keluar. Ini adalah ironi yang indah: seseorang yang pernah menjadi pendatang di negeri asing, kelak akan memimpin bangsanya keluar dari perbudakan di negeri asing.
Kisah Gersom dan makna namanya dalam Keluaran 2:22 mengajarkan tentang penerimaan diri dan refleksi atas keadaan hidup. Ini adalah pengingat bahwa setiap orang memiliki cerita, dan seringkali cerita tersebut dibentuk oleh pengalaman hidup yang unik, termasuk pengalaman menjadi perantau atau pendatang. Nama Gersom, meskipun berakar pada kesadaran akan keterasingan, pada akhirnya juga menjadi bagian dari perjalanan spiritual dan kepemimpinan Musa yang luar biasa.