Maka berkatalah ibu anak itu kepadanya: "Susulah anakmu ini, dan rawatlah dia untukku, dan aku akan memberi upahmu."
Kisah luar biasa dari Keluaran 2:9 merupakan titik balik krusial dalam narasi keselamatan umat Israel. Ayat ini muncul dalam konteks yang mencekam, di mana Firaun, raja Mesir, memerintahkan agar setiap bayi laki-laki Ibrani yang baru lahir dibunuh. Ketakutan dan keputusasaan melingkupi keluarga-keluarga Ibrani, memaksa orang tua untuk mencari cara menyelamatkan anak-anak mereka dari ancaman kematian yang nyata. Di tengah kegelapan itu, hadir secercah harapan melalui keberanian dan kasih seorang ibu, Yokebed, yang berusaha melindungi putranya yang kelak akan menjadi Musa, pemimpin besar umat Israel.
Ketika bayi Musa tidak dapat disembunyikan lebih lama, Yokebed dengan penuh ketaatan dan keyakinan menempatkannya di dalam peti dari bahan papirus yang diolesi ter dan gala, lalu meletakkannya di sungai Nil di antara rerimbunan gelagah. Tindakan ini bukanlah sekadar upaya penyelamatan fisik, melainkan sebuah perbuatan iman yang mendalam. Ia mempercayakan anaknya ke dalam tangan Tuhan, berharap campur tangan ilahi di tengah situasi yang nyaris mustahil. Keberaniannya ini membuka jalan bagi serangkaian peristiwa yang tidak terduga dan ajaib.
Tuhan berkuasa atas segala keadaan. Di saat yang paling genting, putri Firaun turun ke sungai Nil untuk mandi. Ia melihat peti itu di antara gelagah dan memerintahkan agar diambil. Saat itulah, Miryam, kakak Musa, dengan cerdik menawarkan untuk mencarikan seorang ibu pengasuh bagi bayi itu. Tentu saja, ia mengarahkan pada ibunya sendiri, Yokebed. Dalam keajaiban yang luar biasa, Firaun, musuh bebuyutan umat Ibrani, secara tidak langsung justru membiayai dan memerintahkan penyelamatan Musa dengan mempekerjakan ibunya sendiri sebagai pengasuh. Inilah momen yang dirangkum dalam Keluaran 2:9, sebuah janji dan kesepakatan yang lahir dari situasi yang mengerikan namun membuka pintu bagi pemeliharaan ilahi.
Ayat ini bukan hanya sekadar cerita historis, tetapi juga mengandung makna spiritual yang mendalam. Ini mengajarkan tentang kekuatan iman, keberanian dalam menghadapi kesulitan, dan bagaimana Tuhan dapat bekerja melalui cara-cara yang tak terduga untuk mewujudkan rencana-Nya. Yokebed, melalui tindakannya, tidak hanya menyelamatkan nyawa anaknya, tetapi juga memelihara benih keselamatan bagi seluruh bangsa. Ia adalah simbol ibu yang berjuang dan percaya, bahkan ketika dunia sekelilingnya dipenuhi ketakutan.
Dampak dari ayat ini meluas jauh melampaui kisah Musa. Ini menjadi pengingat bahwa bahkan dalam situasi yang paling suram, Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Ia selalu hadir, bekerja untuk kebaikan, dan menggunakan orang-orang yang mau percaya dan bertindak. Kasih seorang ibu, dipadukan dengan intervensi ilahi, mampu mengubah nasib. Kisah Keluaran 2:9 terus menginspirasi banyak orang untuk memiliki iman yang teguh, keberanian untuk bertindak, dan keyakinan bahwa janji-janji Tuhan akan selalu digenapi, bahkan di tengah badai kehidupan. Ini adalah kisah tentang harapan yang lahir dari kedalaman penderitaan, sebuah mukjizat penyelamatan yang dimungkinkan oleh iman dan janji kehidupan.
Ilustrasi simbolis seorang ibu yang melindungi anaknya, merefleksikan keberanian dan kasih dalam Keluaran 2:9.