"Apabila seorang gadis dijual oleh bapanya menjadi hamba perempuan, maka janganlah ia dijual keluar seperti orang lain.
Ayat Keluaran 21:9, yang terambil dari Kitab Perjanjian Lama, menyajikan sebuah pandangan unik tentang hukum dan etika dalam masyarakat kuno, khususnya terkait dengan perbudakan dan posisi perempuan. Ayat ini bukan sekadar aturan hukum, melainkan juga mencerminkan nilai-nilai moral dan sosial yang dijunjung tinggi oleh bangsa Israel pada masa itu. Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini berbicara tentang perlindungan, martabat, dan bagaimana keadilan harus diterapkan, bahkan dalam situasi yang rentan.
Pada masa itu, perbudakan merupakan sebuah realitas yang umum. Namun, hukum Taurat yang diberikan kepada Musa sering kali menunjukkan belas kasih dan pertimbangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan praktik perbudakan di peradaban lain. Keluaran 21:9 secara spesifik membahas situasi seorang ayah yang menjual putrinya menjadi hamba perempuan. Berbeda dengan perbudakan umum yang bisa bersifat permanen atau diakhiri dengan cara tertentu, ayat ini menetapkan aturan khusus. Sang ayah tidak boleh "menjualnya keluar seperti orang lain," yang menyiratkan adanya pembatasan dan perlindungan tambahan bagi gadis tersebut.
Implikasi dari larangan "menjualnya keluar seperti orang lain" ini cukup mendalam. Ini menunjukkan bahwa gadis yang dijual sebagai hamba perempuan tidak boleh diperlakukan semata-mata sebagai barang dagangan tanpa mempertimbangkan nasibnya. Kemungkinan besar, aturan ini bertujuan untuk mencegah gadis tersebut jatuh ke tangan pemilik yang kejam atau dijual ke kondisi yang lebih buruk, bahkan mungkin dipaksa ke dalam perbudakan seksual yang merendahkan. Perlindungan ini menekankan bahwa, meskipun dalam posisi yang lemah, martabat manusia harus tetap dihormati.
Ilustrasi simbol perdamaian dan perlindungan
Lebih jauh lagi, ayat ini dapat diinterpretasikan sebagai sebuah prinsip yang mendorong pemberian kesempatan kedua atau jalan keluar dari situasi yang sulit. Perintah untuk tidak "menjualnya keluar seperti orang lain" juga bisa dipahami sebagai upaya untuk mempertahankan struktur keluarga atau ikatan sosial, meskipun dalam kondisi terpaksa. Di sisi lain, ayat ini juga membuka ruang untuk diskusi tentang hak-hak perempuan, bahkan di era modern. Bagaimana kita memastikan bahwa individu yang rentan dalam masyarakat terlindungi dari eksploitasi?
Dalam konteks teologis, Keluaran 21:9 menunjukkan bahwa Tuhan peduli pada keadilan dan kesejahteraan setiap individu, terutama mereka yang paling rentan. Perintah-perintah dalam Taurat bukanlah sekadar aturan hukum mati, melainkan ekspresi dari karakter Tuhan yang adil dan penuh kasih. Ayat ini mengingatkan kita bahwa hukum yang baik harus selalu dibarengi dengan kepekaan moral dan empati. Penerapan prinsip-prinsip yang terkandung dalam ayat ini, yang menekankan perlindungan dan martabat, tetap relevan hingga kini sebagai pengingat untuk selalu memperlakukan sesama dengan penuh hormat dan keadilan.
Memahami Keluaran 21:9 berarti menggali lebih dalam tentang bagaimana hukum dan moralitas berinteraksi dalam masyarakat kuno, serta bagaimana prinsip-prinsip keadilan dan perlindungan tetap menjadi nilai fundamental yang harus kita pegang.