2 Tawarikh 11:17 - Menjauhi Kejahatan, Mendekat pada Tuhan

"Mereka menguatkan kedudukan kaum Yehuda, sebab mereka berjalan dalam jalan Hizkia, raja Yehuda, dan dalam jalan Daud, raja orang Israel."

Ayat 2 Tawarikh 11:17 merupakan sebuah pernyataan yang kuat mengenai arah spiritual sebuah bangsa. Dalam konteks Kitab Tawarikh, ayat ini merujuk pada tindakan Raja Rehabeam yang mencoba membangun kembali dan memperkuat kerajaannya setelah perpecahan yang terjadi. Namun, yang menarik dan patut direnungkan dari ayat ini adalah dasar dari penguatan tersebut: "sebab mereka berjalan dalam jalan Hizkia, raja Yehuda, dan dalam jalan Daud, raja orang Israel."

Ini bukanlah penguatan yang didasarkan pada kekuatan militer semata, kekayaan materi, atau strategi politik yang licik. Sebaliknya, ini adalah penguatan yang berakar pada kesetiaan kepada Tuhan dan mengikuti teladan para raja yang terbukti saleh. Hizkia dan Daud dikenal sebagai raja-raja yang berusaha hidup sesuai dengan firman Tuhan, yang menghancurkan berhala, memulihkan ibadah yang benar, dan mencari pimpinan Tuhan dalam segala urusan mereka. Jalan mereka adalah jalan ketaatan, kebenaran, dan kepercayaan kepada Allah.

Dalam dunia yang seringkali mendorong kita untuk mencari solusi instan dan mengandalkan kekuatan diri sendiri, ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya fondasi spiritual yang kokoh. Penguatan sejati, baik bagi individu maupun komunitas, tidak datang dari luar, melainkan dari dalam, dari hubungan yang benar dengan Sang Pencipta. Memilih untuk mengikuti jalan para orang saleh berarti menolak godaan untuk mengambil jalan pintas yang penuh kejahatan atau berkompromi dengan prinsip-prinsip kebenaran.

Perluasan makna dari ayat ini dapat dilihat dalam kehidupan kita sehari-hari. Ketika kita dihadapkan pada pilihan sulit, apakah kita cenderung mencari cara yang paling mudah, meskipun mungkin tidak benar? Atau kita memilih untuk merujuk pada prinsip-prinsip ilahi, meneladani mereka yang telah membuktikan kesetiaan mereka kepada Tuhan? Mengikuti jalan Hizkia dan Daud berarti memiliki integritas, keberanian untuk melakukan apa yang benar meskipun tidak populer, dan keyakinan bahwa pada akhirnya, kesetiaan kepada Tuhan akan mendatangkan berkat dan kekuatan yang langgeng.

Ayat ini juga memberikan penekanan pada aspek kepemimpinan. Para pemimpin yang saleh akan mengarahkan umat mereka menuju jalan kebaikan. Sebaliknya, pemimpin yang jahat akan menyesatkan banyak orang. Rehabeam, pada awalnya, terperosok dalam kebodohan, tetapi ayat ini menunjukkan adanya upaya untuk kembali ke jalur yang benar dengan meneladani leluhur yang saleh. Ini adalah pengingat bahwa selalu ada kesempatan untuk memperbaiki arah, asalkan ada kemauan untuk belajar dari sejarah dan menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama.

Dalam menghadapi tantangan zaman modern, prinsip yang terkandung dalam 2 Tawarikh 11:17 tetap relevan. Menguatkan diri secara spiritual, membangun fondasi yang kokoh di atas firman Tuhan, dan meneladani kesaksian orang-orang beriman sepanjang sejarah adalah kunci untuk menjalani hidup yang bermakna dan berkuasa, tidak hanya secara duniawi, tetapi juga secara ilahi. Ini adalah panggilan untuk hidup dengan kesetiaan, kebijaksanaan, dan iman yang teguh.